Kamis, 10 Maret 2011

KHANSA : IBU PARA SYUHADA



seorang Al-Khansa menyimpan ketegasan, keteguhan, dan keperkasaan luar biasa yang membuatnya pantas dikenang sebagai ibu para syuhada.

Dibalik sisi ketegasan ada kelembutan dan dibalik kelembutannya juga dapat menjadi sosok perkasa dan mampu berkontribusi nyata demi kemajuan Islam. Salah satu caranya ialah dengan tidak melupakan peran utama sebagai ummul madrasah atau ibu peradaban, karena itulah langkah awal untuk menghasilkan pejuang-pejuang Islam yang tangguh. Seorang wanita yang dapat mengoptimalkan peran tersebut ialah sosok yang diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai keimanan dan kebaikan yang nantinya akan menghasilkan anak-anak yang dapat menjadi stok utama dalam perjuangan penegakkan kalimatullah di muka bumi.




dialah seorang wanita yang begitu tangguh dan tegar dalam menghadapi cobaan hidupnya, maka salah seorang yang patut disebut namanya ialah Al-Khansa; seorang wanita luar biasa, seorang shahabiyah yang dengan ikhlas merelakan keempat orang anaknya mati syahid di jalan ﷲ semata-mata demi tegaknya Islam di muka bumi. Sesungguhnya, siapakah Al-Khansa dan apakah sifat-sifat istimewanya yang menyebabkan namanya diabadikan dalam sejarah Islam sebagai salah seorang sahabat Rasul?

Sebelum ﷲ menyentuh hatinya dengan cahaya keIslaman, wanita bernama asli Tumadhar binti ‘Amr bin Syuraid bin ‘Ushayyah As Sulamiyah ini mungkin hanyalah sosok manusia biasa dengan segala kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Ia bukanlah sosok wanita tegar yang mampu dengan ikhlas menerima kepergian dua saudara kandungnya. Ia hanyalah wanita biasa yang sangat terpukul dan sedih ketika menerima kenyataan bahwa dua orang yang sangat ia cintai tersebut –Muawiyah bin ’Amr dan Shakhr- harus lebih dahulu pergi meninggalkannya.

Ketika Muawiyah-kakak kandungnya- wafat, Al-Khansa sempat membuat puisi yang di dalamnya terungkap kesedihan dan kepedihan luar biasa yang ia rasakan atas wafatnya Muawiyah. Namun, ternyata hal tersebut belum ada apa-apanya dibanding keterpurukan yang dialami oleh Al-Khansa ketika mendapati Shakhr-saudara kandung yang paling ia sayangi-harus pergi untuk menyusul kepergian Muawiyah. Ketika Shakhr wafat, Al-Khansa sempat menangis begitu lama dalam kesedihannya. Ia juga membuat puisi yang jauh lebih panjang dibanding yang pernah ia buat ketika Muawiyah wafat. Di samping itu, ia bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya dikarenakan oleh kesedihan luar biasa yang ia rasakan. Beberapa fakta di atas cukup menggambarkan betapa Al-Khansa hanyalah sosok wanita biasa sebelum cahaya Islam menyentuh sudut hati terdalamnya.

Akan tetapi, manusia memang tidak akan pernah tahu rencana yang telah digariskan oleh ﷲ SWT untuk makhluknya, termasuk kepada Al-Khansa. Sosok penyair berjiwa rapuh tersebut pada suatu ketika diperkenankan oleh ﷲﷲ SWT untuk merasakan begitu indah dan nikmatnya keimanan kepada melalui Islam. Keimanan yang diikrarkannya ternyata membuahkan perubahan-perubahan nyata dalam hidupnya yang terwujud dalam banyak hal, termasuk dalam kepribadiannya.

Akumulasi tempaan, cobaan, dan pelajaran yang dialami oleh Al-Khansa semenjak memutuskan memilih Islam sebagai jalan hidupnya telah mengubah drastis dirinya, hingga akhirnya sejarah mencatat sosoknya sebagai shahabiyah yang sabar, bijak, berpikiran cerdas, serta berpandangan tajam. Selain itu, ia juga dikenal sebagai wanita dengan kepribadian kuat, berakhlak mulia, serta berani.

Akan tetapi, manusia tidak akan pernah lepas dari cobaan, karena pada hakikatnya cobaan adalah sarana penilaian yang diberikan oleh ﷲ SWT untuk menguji makhluknya. Hal inilah yang juga dialami oleh Al-Khansa ketika akhirnya ﷲ kembali mengujinya dengan kemungkinan kehilangan luar biasa seperti yang dulu pernah dialaminya sebelum mengenal Islam. Namun bedanya, kali ini kemungkinaannya ialah kehilangan empat putra tercintanya di medan jihad. Saat itulah kesempurnaan iman dan kematangan pribadi yang dimiliki oleh sosok wanita mulia ini teruji nyata. Dengan penuh keteguhan dan keikhlasan, tanpa ragu Al-Khansa merelakan keempat putra tercintanya untuk berperang menegakkan kalimatullah dalam perang Qadisiyyah, perang yang akhirnya mengantarkan hadiah terbaik bagi Al-Khansa dan keempat putranya, yaitu mati syahid di jalan ﷲ.

Bagaimanakah respon yang diberikan oleh Al-Khansa ketika mengetahui keempat putranya gugur sebagai syuhada? Jika pertanyaan tersebut dilontarkan ketika ia masih berada dalam kejahiliyahan maka jawabannya sudah pasti kesedihan luar biasa beserta rasa tidak ikhlas menerima kepergian. Namun, jawaban amat berbeda ternyata didapatkan dari Al-Khansa baru yang telah menjiwai Islam dalam hidupnya. Ia begitu sabar dan ikhlas menghadapi kehilangan besar dalam hidupnya. Ia justru akan sangat marah seandainya keempat putranya batal mengikuti perang dan melalaikan perintah untuk berjihad. Sungguh sangat luar biasa melihat Islam telah membentuknya sedemikian rupa sehingga membuahkan sosok tegar luar biasa yang memiliki kebahagiaan dan kebanggaan karena telah berhasil menghasilkan sosok-sosok mujahid yang mampu memperjuangkan Islam.

Berkaca pada sosok Al-Khansa, sebagai sesama hamba ﷲ, khususnya sebagai sesama wanita, kita harusnya dapat mencontoh keteladanan yang telah diberikannya. Bagaimana ia mampu mentarbiyah dirinya untuk mampu berubah sesuai dengan tuntunan Islam. Kita juga harusnya dapat meneladani bagaimana Al-Khansa dengan segala keistimewaan pribadinya, mampu mendidik anak-anaknya menjadi sosok yang taat dan mencintai ﷲ di atas segalanya dan bagaimana ia yang pada awalnya adalah sosok yang rapuh mampu dengan begitu sabar dan ikhlas menerima kepergian seluruh putranya.



Akhirnya, melalui sosok Al-Khansa, kita dapat melihat bagaimana ﷲ telah memilih orang-orang untuk menerima cahaya Islam yang akhirnya mampu mengubah segala aspek kehidupan seseorang. Selain itu, kita juga dapat belajar bahwa wanita ternyata memiliki peran yang begitu signifikan dan betapa ketegasan dan kecerdasan bukan hanya milik pria semata, karena ternyata di balik kelembutannya, seorang Al-Khansa menyimpan ketegasan, keteguhan, dan keperkasaan luar biasa yang membuatnya pantas dikenang sebagai ibu para syuhada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar