oleh Muslimah Energic
Janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati. Sebab kamu paling tinggi (derajatnya) bila kamu beriman
(QS. Al-Imran:139)
Apa yang terbesit dalam benak teman-teman ketika mendengar kata “Macan”? mungkin saja teman-teman langsung mengimajinasikan seekor mamalia liar, penguasa rimba nan ganas, dengan kuku-kuku tajam, menyeringai angkuh dibalik “Jubah Lorengnya”, dan mengumbar kesombongan lewat gelegar auman. Lalu pernakah teman-teman melihat sosok macan dalam bentuk selain itu? Bila mencermati goresan ayat suci di atas, maka kita akan menemukan larangan untuk tidak merasa lemah. Apakah kita harus mencontoh seekor macan untuk menjadi kuat? Jawabannya adalah “iya..!!”…
Eits…, jangan terkaget-kaget dulu, untuk menjadi muslim dan muslimah setangguh macan, kita tidak harus menjadi liar apalagi bersifat sadis dan ganas terhadap saudara lainnya. Juga bukan menjadi seseorang dengan ucapan setajam kuku yang dapat melukai lawan bicara kita, atau seseorang yang dengan angkuhnya memamerkan segala kebaikan dan amal ibadah, dan bukan pula seseorang yang berbicara menggelegar dan meninggikan suara. Bila demikian, pertanyaannya adalah macan yang bagaimana yang harus ditiru? Bukankah sifat macan di hutan manapun sama?
Dan jawabannya adalah, Mari memahami sosok macan dari sisi yang berbeda. Coba renungkan, terlepas dari anggapan-anggapan negatif yang ada, ternyata macan adalah sosok yang luar biasa. Dengan ketangguhan tiada tara, Ia mampu mengarungi rimba yang penuh ancaman dengan medan yang tidak mudah, diguyur hujan, bermandi terik sang mentari, berteman gelapnya malam tanpa lentera dan tentu saja semua itu dilaluinya tanpa keluhan. Dan sekali lagi mari kita fikirkan kawan, apakah dengan segala kesulitan yang dihadapinya, sang macan bertambah lemah setiap harinya? Tentu tidak bukan, bahkan segala cobaan itu dari waktu ke waktu terus menempanya menjadi seekor binatang tangguh bahkan Ia dapat merajai rimba yang terjal.
Mentafakuri sosok seekor macan, mengajarkan kita untuk segera belajar darinya. Menuntun kita untuk segera menjadi “Muslim dan Muslimah Macan”, berjiwa macan, tapi renyah dan lembut mengesankan di luar (lho kok jadi iklan wafer ya hehehe…). Karena sesungguhnya ada beberapa hal positif yang dapat kita tiru dan terapkan dari seekor macan.
Macan terkenal sebagai binatang yang berani, keberanian ini juga seyogyanya dimiliki oleh muslim dan muslimah. Berani menghadapi semua cobaan di muka bumi ini, karena sesungguhnya ada Allah yang selalu menjaga. Berani menaklukan segala keraguan akan kemampuan diri, selalu bersifat optimis dan berprasangka baik kepada sang pemberi hidup dan selau berkeyakinan bahwa Allah telah mengukur sesuai takaran apa-apa yang diberikan kepada hambaNya sesuai dengan firmanya yang termaktub dalam Surat Al-baqarah ayat 286: Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.
Selain itu, macan adalah binatang yang tidak peduli kepada binatang lain. tapi kali ini, sifat tidak peduli ini harus kita implementasikan dengan cara yang positif. Contohnya tidak peduli ketika di cemooh oleh orang di sekitar yang mengatakan kita sok alim ketika kita lebih memilih untuk datang ke pengajian daripada ke mall, tidak peduli ketika mereka mengatai kita kuper dan ketinggalan zaman ketika kita memilih mengulurkan kain menutup kepala, sedang banyak orang semakin menggila dengan model rambut yang berganti-ganti. Karena apa teman? Kita, muslim dan muslimah “macan” percaya bahwa ada sesuatu yang luar biasa yang telah dipersiapkan oleh Sang Pemilik Segalannya untuk kita bila kita berpegang teguh kepada ajaranNya. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberi surga untuk mereka” (At-Taubah:111).
Kemudia berbicara tentang kuku-kuku macan yang tajam dan menusuk. Mari kawan, kita terapkan ilmu kuku macan ini ketika kita saling nasehat-menasehati terhadap sesama muslim. Dengan kata-kata lembut, penuh kesabaran dan rasa sayang yang tak teredam, sehingga lantunan nasehat itu, mengalir perlahan masuk di kedalaman hati, menusuk hingga meresap damai disana, di tempat terdalam dan tak terkatakan.
Dan bagaimana dengan auman macan yang menggelegar? Hmm, ternyata itu bisa jadi salah satu motivasi buat kita teman-teman. Lihat dan dengarlah, auman macan adalah auman yang penuh optimis, ketika sang macan mengaum, mungkin saja dia sedang mengatakan: “ Akulah si raja hutan yang kuat!!!”, atau “Akulah sang penakluk rimba tak terkalahkan!!!”. Macan selalu melihat dirinya dari sisi positif, dan kita sudah tahu bukan, bila sesungguhnya pribadi kita adalah sesuai dengan yang kita fikirkan. Jadi marilah memikirkan segala yang positif dengan penuh optimis tentang diri kita. Berteriaklah, “Aku pemenang…!!!”, “Aku orang sukses…!!, “Aku Hebat…!!”, maka dunia ini adalah gua yang akan menggemakan seluruh teriakkan positifmu berkali-kali lipat dari apa yang engkau teriakkan. Maka jangan pernah teriakkan hal negatif padanya, karena tak ada yang akan engkau dapat kecuali teriakkan negatif yang ditujukan kepadamu berkali-kali.
Nah, ternyata setiap-setiap yang negatif, bila direnungi lebih dalam, sesungguhnya memiliki hal-hal positif yang dapat kita pelajari. Kali ini kita telah belajar dari seekor binatang nan ganas, Macan. Setelah dapat memfilter segala kebaikan darinya, sekarang saatnya kita menerapkannya di sajadah bumi yang terbentang ini. Mengukir prasasti kebaikan berlandaskan keimanan di setiap sudutnya dan menyebar ribuan benih kasih sayang di hamparannya. Ayo para muslim dan muslimah tangguh, kuatkan keberanianmu untuk menghadap aral dunia, berbalut kelembutan menebar kuku-kuku nasehat nan menusuk sanubari muslim lainnya, jangan pernah peduli, tulilah dengan semua yang akan meruntuhkan semangatmu, dan terus aumkan dengan penuh semangat ke gua dunia ini bahwa engkaulah muslim dan muslimah macan. Katakan “Aku, Tangguh…!!” maka dunia dan seluruh isinya akan menggema “Kamu Tangguh…!!”, “Kamu sangat Tangguh!!”, “Kamu teramat Tangguh…!!!, Kamu amat sangat tangguh…!!!!. Nah lho…^_^
Selamat Berjuang Para Macan!!!!
(QS. Al-Imran:139)
Apa yang terbesit dalam benak teman-teman ketika mendengar kata “Macan”? mungkin saja teman-teman langsung mengimajinasikan seekor mamalia liar, penguasa rimba nan ganas, dengan kuku-kuku tajam, menyeringai angkuh dibalik “Jubah Lorengnya”, dan mengumbar kesombongan lewat gelegar auman. Lalu pernakah teman-teman melihat sosok macan dalam bentuk selain itu? Bila mencermati goresan ayat suci di atas, maka kita akan menemukan larangan untuk tidak merasa lemah. Apakah kita harus mencontoh seekor macan untuk menjadi kuat? Jawabannya adalah “iya..!!”…
Eits…, jangan terkaget-kaget dulu, untuk menjadi muslim dan muslimah setangguh macan, kita tidak harus menjadi liar apalagi bersifat sadis dan ganas terhadap saudara lainnya. Juga bukan menjadi seseorang dengan ucapan setajam kuku yang dapat melukai lawan bicara kita, atau seseorang yang dengan angkuhnya memamerkan segala kebaikan dan amal ibadah, dan bukan pula seseorang yang berbicara menggelegar dan meninggikan suara. Bila demikian, pertanyaannya adalah macan yang bagaimana yang harus ditiru? Bukankah sifat macan di hutan manapun sama?
Dan jawabannya adalah, Mari memahami sosok macan dari sisi yang berbeda. Coba renungkan, terlepas dari anggapan-anggapan negatif yang ada, ternyata macan adalah sosok yang luar biasa. Dengan ketangguhan tiada tara, Ia mampu mengarungi rimba yang penuh ancaman dengan medan yang tidak mudah, diguyur hujan, bermandi terik sang mentari, berteman gelapnya malam tanpa lentera dan tentu saja semua itu dilaluinya tanpa keluhan. Dan sekali lagi mari kita fikirkan kawan, apakah dengan segala kesulitan yang dihadapinya, sang macan bertambah lemah setiap harinya? Tentu tidak bukan, bahkan segala cobaan itu dari waktu ke waktu terus menempanya menjadi seekor binatang tangguh bahkan Ia dapat merajai rimba yang terjal.
Mentafakuri sosok seekor macan, mengajarkan kita untuk segera belajar darinya. Menuntun kita untuk segera menjadi “Muslim dan Muslimah Macan”, berjiwa macan, tapi renyah dan lembut mengesankan di luar (lho kok jadi iklan wafer ya hehehe…). Karena sesungguhnya ada beberapa hal positif yang dapat kita tiru dan terapkan dari seekor macan.
Macan terkenal sebagai binatang yang berani, keberanian ini juga seyogyanya dimiliki oleh muslim dan muslimah. Berani menghadapi semua cobaan di muka bumi ini, karena sesungguhnya ada Allah yang selalu menjaga. Berani menaklukan segala keraguan akan kemampuan diri, selalu bersifat optimis dan berprasangka baik kepada sang pemberi hidup dan selau berkeyakinan bahwa Allah telah mengukur sesuai takaran apa-apa yang diberikan kepada hambaNya sesuai dengan firmanya yang termaktub dalam Surat Al-baqarah ayat 286: Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.
Selain itu, macan adalah binatang yang tidak peduli kepada binatang lain. tapi kali ini, sifat tidak peduli ini harus kita implementasikan dengan cara yang positif. Contohnya tidak peduli ketika di cemooh oleh orang di sekitar yang mengatakan kita sok alim ketika kita lebih memilih untuk datang ke pengajian daripada ke mall, tidak peduli ketika mereka mengatai kita kuper dan ketinggalan zaman ketika kita memilih mengulurkan kain menutup kepala, sedang banyak orang semakin menggila dengan model rambut yang berganti-ganti. Karena apa teman? Kita, muslim dan muslimah “macan” percaya bahwa ada sesuatu yang luar biasa yang telah dipersiapkan oleh Sang Pemilik Segalannya untuk kita bila kita berpegang teguh kepada ajaranNya. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberi surga untuk mereka” (At-Taubah:111).
Kemudia berbicara tentang kuku-kuku macan yang tajam dan menusuk. Mari kawan, kita terapkan ilmu kuku macan ini ketika kita saling nasehat-menasehati terhadap sesama muslim. Dengan kata-kata lembut, penuh kesabaran dan rasa sayang yang tak teredam, sehingga lantunan nasehat itu, mengalir perlahan masuk di kedalaman hati, menusuk hingga meresap damai disana, di tempat terdalam dan tak terkatakan.
Dan bagaimana dengan auman macan yang menggelegar? Hmm, ternyata itu bisa jadi salah satu motivasi buat kita teman-teman. Lihat dan dengarlah, auman macan adalah auman yang penuh optimis, ketika sang macan mengaum, mungkin saja dia sedang mengatakan: “ Akulah si raja hutan yang kuat!!!”, atau “Akulah sang penakluk rimba tak terkalahkan!!!”. Macan selalu melihat dirinya dari sisi positif, dan kita sudah tahu bukan, bila sesungguhnya pribadi kita adalah sesuai dengan yang kita fikirkan. Jadi marilah memikirkan segala yang positif dengan penuh optimis tentang diri kita. Berteriaklah, “Aku pemenang…!!!”, “Aku orang sukses…!!, “Aku Hebat…!!”, maka dunia ini adalah gua yang akan menggemakan seluruh teriakkan positifmu berkali-kali lipat dari apa yang engkau teriakkan. Maka jangan pernah teriakkan hal negatif padanya, karena tak ada yang akan engkau dapat kecuali teriakkan negatif yang ditujukan kepadamu berkali-kali.
Nah, ternyata setiap-setiap yang negatif, bila direnungi lebih dalam, sesungguhnya memiliki hal-hal positif yang dapat kita pelajari. Kali ini kita telah belajar dari seekor binatang nan ganas, Macan. Setelah dapat memfilter segala kebaikan darinya, sekarang saatnya kita menerapkannya di sajadah bumi yang terbentang ini. Mengukir prasasti kebaikan berlandaskan keimanan di setiap sudutnya dan menyebar ribuan benih kasih sayang di hamparannya. Ayo para muslim dan muslimah tangguh, kuatkan keberanianmu untuk menghadap aral dunia, berbalut kelembutan menebar kuku-kuku nasehat nan menusuk sanubari muslim lainnya, jangan pernah peduli, tulilah dengan semua yang akan meruntuhkan semangatmu, dan terus aumkan dengan penuh semangat ke gua dunia ini bahwa engkaulah muslim dan muslimah macan. Katakan “Aku, Tangguh…!!” maka dunia dan seluruh isinya akan menggema “Kamu Tangguh…!!”, “Kamu sangat Tangguh!!”, “Kamu teramat Tangguh…!!!, Kamu amat sangat tangguh…!!!!. Nah lho…^_^
Selamat Berjuang Para Macan!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar