Selasa, 07 September 2010

3 keKUATan kita, ikatan kaum Muslimin yg tak terPATAHkan!!

HEMMMMM....kekuatan??

let'z melakukan ANALISIS SWOT...

ada yNG mengganggap kekuatan ini sebagai KEKUATAN "STRENGHT", sebagian juga menganggapnya "WEAK".
tapi tahukah kita keKUATan 3 in 1 ini adalah kekuatan DAHSYAT kpunyaan KAUM MUSLIMIN yang seharusnya dijaga. yang berbeda dg kekuatan2 yg dimiliki olh orang2 KAFIR.


1. KEKUATAN AQIDAH ISLAMIYAH





"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69) .

Akidah Islam merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi seorang Muslim. Sebab, ia adalah pangkal dari seluruh keluhuran dan kebajikan. Tanpa iman, manusia laksana bangkai hidup yang tak memiliki nilai dan harga sedikitpun. Atas dasar itu, Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan seorang Muslim untuk menjaga akidahnya dengan sungguh-sungguh dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun.

Sikap hidup seorang muslim sangat ditentukan oleh cara pandang mendasar yang dimilikinya tentang kehidupan. Sebagai seorang muslim, yang telah meyakini aqidah Islam, sudah seharusnya ia senantiasa memiliki kesadaran penuh bahwa keberadaan dan eksistensi dirinya, alam semesta yang ditempatinya serta kehidupan yang dijalaninya di dunia ini bukan terjadi dan berjalan dengan sendirinya. Semua itu adalah ciptaan Allah SWT. Dia-lah sebagai "Subyek Pengendali" segala sesuatu yang berlangsung di alam semesta ini.

Dengan demikian se2orang akan senantiasa menyadari bahwa posisinya di dunia ini adalah sebagai seorang hamba yang tunduk pada aturan Allah SWT sebagai Khaliqnya. Selanjutnya ia pun meyakini bahwa hanya Allah SWT yang harus ditaati dan disembah, dan hanya keridloan-Nya lah yang harus digapai dalam kehidupan ini.

Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat yang menjadi ikrar setiap muslim (maupun muslimah) yang dibacakan dalam setiap sholatnya : "Tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah". Muhammad ismail dalam kitabnya "Al Fikrul Al Islamy" menjelaskan bahwa arti Laaillaha illallah baik secara lughowi maupun syar’I adalah Laa ma’budda illallah (Tidak ada yang disembah kecuali allah). Artinya, seorang muslim/muslim) yang telah mengikrarkan kalimat syahadat di atas harus mewajibkan dirinya untuk melakukan ibadah hanya kepada Allah semata, tidak kepada yang lain. Cara pandang khas ini merupakan cara pandang yang dilandasi oleh aqidah islamiyah. Demikian juga, seluruh pemikiran-pemikiran cabang yang ada saat ini pun harus dibangun di atas landasan aqidah Islamiyah.

Aqidah Islam Sebagai Pijakan Berfikir dan Bertindak

Ketika seorang muslim mengambil Islam sebagai Aqidahnya maka sudah seharusnya ia senantiasa menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar kehidupannya. Ia pun harus memahami bahwa karakter aqidah islam adalah aqidah ruhiyah dan aqidah siyasiyah. Sehingga ia senantiasa menjadikan aqidah Islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak.

Tak satu pun pemikiran-pemikiran yang ia lahirkan kecuali berangkat dan berstandar hanya pada aqidah Islamiyah. Demikian juga ketika bertindak atau bersikap maka tak satu pun tindakan atau pun sikap yang ia tunjukkan kecuali berstandar pada hukum syara’ yang terpancar dari aaqidah islamiyah tersebut.

Seorang muslim tidak akan merasakan dirinya hidup kecuali di atas pijakan Aqidah islamiyah. Bahkan sulit baginya untuk melepaskan diri dari ikatan Aqidah Islamiyah. Dengan demikian ketika nilai-nilai asing datang dan berusaha menyusup ke alam kehidupannya maka ia tiada ragu dan sungkan untuk menolaknya bahkan semaksimal mungkin berusaha mengikis "virus" tersebut dari kehidupannya.

Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya untuk mengambil atau mengakomodasi nilai-nilai asing termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai demokrasi. Karena ia menyadari bahwa nilai-nilai tersebut adalah racun yang membahayakan bagi diri dan umatnya. Ia menyadari bahwa jika mengambil apalagi meminum racun tersebut sama saja dengan melakukan upaya bunuh diri.

Seorang muslim tak pernah sedikitpun tergiur oleh bujuk rayu pemikiran-pemikiran asing yang bermaksud menyeretnya. Ia tak pernah bergeming sedikit pun oleh bujukan materi ataupun manfaat yang disuguhkan dihadapannya. Untuk meneguk setetes pun, tak kuasa ia melakukannya. Karena ia sadar bahwa semua itu hanyalah tipu daya yang akan membawa dirinya pada jurang kesengsaraan dan kesesatan. Sehingga ia semakin berusaha untuk memperkuat aqidahnya. Ia pun tak melupakan apa yang telah menjadi firman Allah SWT dalam Al Baqarah : 256 : ""... Sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dan jalan yang salah. kArena itu barangsiapa yang ingkar pada thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…"

Dalam kondisi apapun seorang muslim yang menjadikan aqidah Islam sebagai pegangan hidupnya akan tetap pada pendirian untuk mengambil hanya satu standar nilai dalam hidupnya. Sekalipun ia harus mengorbankan harta, jiwa dan raganya ia akan tetap memilih jalan hidup yang hakiki. Baginya hidup yang hakiki bukan untuk memperoleh materi ataupun manfaat, akan tetapi hidup yang hakiki adalah meraih kemuliaan di sisi Al kaliqnya. Ia pun sadar bahwa satu-satunya jalan untuk meraih kemuliaan hanyalah dengan menjadikan Aqidah islamiyah sebagai standar baku dalam kehidupannya.

Pada saat seorang muslim menjadikan aqidah islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak itulah dikatakan ia telah menemukan jatidirinya, sebagai sosok pribadi muslim. Yakni sosok kepribadian yang khas, yang murni dan istimewa, tidak tercampur sedikit pun oleh nilai-nilai asing.

Begitulah seharusnya seorang muslim. Ia senantiasa memegang idealisme Islam dengan kuat. Ia pun optimis bahwa idealisme Islam yang mampu memecahkan seluruh problematika kehidupan m,anusia.

Acuh Tak Acuh bukan Tabiatnya

Bukan tabiat seorang muslim hidup dengan konsep individualisme. Sebaliknya ia senantiasa menempatkan dirinya menjadi bagian dari umat islam yang lain. Karenanya ia tak lupa dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW : "Kamu akan melihat orang-orang yang beriman saling berkasih sayang, saling mencintai, saling mengasihi yaitu bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota saja sakit, maka tertariklah bagian anggota yang lain ikut sakit dengan tidak dapat tidur dan badan panas" (HR. Bukhari Muslim). "Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka. Dan barangsiapa yang tidak berada di waktu pagi dan petang selaku pemberi nasehat bagi Allah dan rasulNya, bagi kitabNya, bagi pemimpinnya dan bagi umumnya kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka." (HR Ath. Thabrany)

Oleh karena itu seorang muslim tak akan pernah tinggal diam ketika melihat nilai-nilai asing yang membahayakan bagi saudara-saudaranya (umat Islam yang lain). Ia tak bisa berdiam diri melihat fakta yang demikian. Ia akan senantiasa berusaha menyadarkan umat islam untuk senantiasa waspada terhadap nilai-nilai asing yang membahayakan bagi kehidupan mereka.

Ia bagaikan pembawa pelita penerang jalan, pembawa penjelas antara yang haq dan yang bathil, sebab ia adalah generasi penerus penyampai risalah Rasulullah SAW. Ia menjadi penuntun orang-orang yang meminta petunjuk ke arah jalan kebenaran. Dirinya sarat dengan bejana-bejana ilmu dan aqalnya ibarat khazanah-khazanah hikmah. Ia tak akan pernah merelakan masyarakat (umat Islam) dijauhkan dari nilai-nilai Islam. Ia pu tak rela masyarakat berada di bawah pengaruh orang-orang tak berilmu yang dengan mudah memberikan fatwa untuk menerima kebathilan. Dengan demikian keberadaan dirinya senantiasa dibutuhkan umat Islam.

Untuk menjadi muslim yang demikian tentulah sangat tidak cukup hanya menjadikan Aqidah Islamiyah sebatas ucapan lafadz-lafadz. Akan tetapi haruslah berusaha menjadikan aqidah tersebut sebagai standar baku bagi kehidupannya dan memahami konsekuensinya. Sehingga ia pun memiliki kepedulian yang tinggi untuk memelihara nilai-nilai Islam yang ada dalam dirinya dan nilai-nilai Islam yang ada dalam diri umat Islam pada umumnya.

Nilai-nilai asing yang membahayakan dirinya ia pahami membahayakan pula bagi uamatnya. Demikian pula nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya ia pahami pula membahayakan bagi dirinya. Hingga ia pun senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi untuk memelihara diri dan umatnya dari kontaminasi racun-racun dunia. Ia pun dengan lantang akan mengatakan racun adalah racun, madu adalah madu. Kebenaran adalah kebenaran, kebathilan adalah kebathilan. Tak pernah ia membungkus kebathilan dengan sesuatu agar tampak baik dihadapan umat Islam. Bahkan tanpa segan membongkar keburukan nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya dengan sejelas-jelasnya, untuk kemudian menunjukkan al haq yang sesungguhnya, tanpa ragu dan bimbang. Demikianlah seharusnya seorang muslim bersikap peduli terhadap umat Islam. Kepeduliannya terhadap umat islam adalah kepeduliannya terhadap islam sebagai dien yang dianutnya.

Perjuangan Hakiki Muslim Bersama Umat

Ketika kaum muslimin telah menyadari akan esensi aqidah Islam yang dipeluknya, maka muslim bersama ummat bersatu dalam barisan perjuangan yang hakiki. Yakni perjuangan yang berada di bawah panji aqidah LAA ILLAAHA ILLALLAH MUHAMMADAR RASULULLAH. Dengan kata lain perjuangan yang berperspektif Islam.

Dalam perjuangan ini, kaum muslimin (termasuk muslim) berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai Islam yang hakiki. Nilai-nilai Islam yang murni tanpa adanya noda-noda asing yang akan mencemari nilai Islam. Nilai ini tentu saja bukan nilai yang absurd, akan tetapi merupakan nilai yang pasti akan membawa kaum muslimin sampai pada suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan tuntunan ilahi. Dalam perjuangannya tak pernah ada kata sepakat dengan nilai-nilai asing. Dengan kata lain tidak ada kata kompromi ataupun akomodasi dengan nilai-nilai yang datang dari luar Islam, sekalipun nilai asing tersebut nampak baik luarnya. Sebab ukuran kebaikan tidak bisa dilihat dari luarnya, akan tetapi hanya dapat dilihat dari ideologi yang mendasarinya.

Oleh karena itu, bukan sesuatu yang tidak mungkin, jika kaum muslimin selalu bercita-cita mewujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupannya. Bukan pula hal yang mustahil untuk menolak setiap bentuk nilai-nilai asing yang bertentangan dengan nilai Islam.

Akhirnya hanya kembali kepada aqidah Islamiyah, kaum muslimin dapat mencapai kemuliaan yang hakiki.


2. ikatan UKHUWAH ISLAMIYAH








Persaudaraan adalah tali yang mengikat antara manusia. Persaudaraan menyatukan di antara individu dan mengelak perselisihan sesama manusia. Oleh karena manusia perlu bersatu demi kehidupan yang harmoni dan bahagia, pelbagai ikatan digunakan demi mengukuhkan persaudaraan dan penyatuan.
Ikatan darah, keturunan, bangsa, kabilah, warna, pangkat, negara, geografi malah ideologi manusiawi adalah pilihan manusia untuk hidup bersatu. Tetapi alangkah sempit, sukar dan putusnya penyatuan berdasarkan ikatan – ikatan tersebut. Kulit hitam tidak boleh disatukan dengan kulit putih selamanya karena warna yang berbeda. Begitulah yang lain.
Kegagalan menyebabkan manusia berpecah. Perpecahan menyebabkan manusia dan kehidupan menjadi lemah dan kucar – kacir.



Ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan Islam adalah kekuatan kita. Ia adalah ikatan agama. Ia adalah ikatan berteraskan akidah yang benar dan sahih. Manusia muslim disatukan di dalam kepercayaan yang dibekalkan tuhannya sendiri.

Persaudaraan Islam berbeda dengan yang lain dipandang dr dua sudut:
Pertama, ia tidak dibatasi ikatan – ikatan sempit.
Kedua, ia adalah ikatan di atas agama yang benar. agama dan ideologi lain yang menjadi asas ikatan persaudaraan adalah batil dan sesat. Sesuatu yang dibina di atas kebatilan dan kesesatan adalah lemah, gagal dan tidak kekal.

Persaudaraan Islam lahir daripada pengajaran agama bahwa manusia adalah hamba kepada tuhan yang satu. Kepercayaan ini menjadikan mereka bersatu tunduk kepada satu arahan, satu harapan dan satu matlamat. Jalan menuju Allah adalah lurus. Kelurusan hala tuju akan mengelak pertembungan.
Kemudian, umat Islam disatukan melalui rujukan yang sama yaitu Alquran dan Rasul dan juga ibadah yang sama yaitu rukun Islam yang lima. Begitulah pengajaran Islam telah membina landasan yang betul ke arah penyatuan umat Islam.

Umat Islam bersatu karena mereka diarah untuk bersatu tujuan. Mereka bersatu karena mereka dilarang berbeda tujuan. Arahan dan larangan bersifat Rabbani yang pasti benar ini mendorong umat Islam untuk saling menjaga diri dan saudaranya daripada tersasar.
Justru lahirlah sifat – sifat mulia yang menjadi medium ke arah kesatuan seperti nasihat, ta’awun, hikmah, lembut, sabar, berani, lapang dada dan lain – lain lagi. Juga hilanglah sifat – sifat buruk yang mendorong perpecahan seperti angkuh, kikir, kasar, keras, keluh kesah, penakut, sempit dada dan lain – lain lagi.

Dengan kekuatan ukhuwwah Islamiyah inilah RasuluLlah telah membentuk barisan sahabatnya yang bersatu sedari awal pembentukan mereka melalui akidah yang benar. Dengan kekuatan ini jugalah baginda menyatukan di antara kaum Muhajirin dan Ansar sebaik penghijrahan baginda ke Madinah. Begitulah talian – talian dan ikatan – ikatan lain menjadi kerdil dan terpinggir di hadapan kekuatan ukhuwwah Islamiyah.

Justru kita menjadi kuat dan gagah. Kesatuan kita adalah diibaratkn sebuah bangunan yang ko2h, saling menyokong di antara komponennya. Atau seperti jasad yang satu, apabila satu anggota sakit, ia turut ditanggung oleh semua anggota yang lain.
Kita mestilah menjaga dan memperkokohkan persaudaraan Islam ini. Ia adalah asas yang menjadikan kita gagah dan dihormati semua manusia. Kita mestilah menjauhi perkara – perkara yang memungkinkan kekeruhan, ketegangan dan kepanasan berlaku atas sebab – sebab yang kecil atau tidak benar. Kealpaan dan kelalaian di dalam menjaga kekuatan ini pasti akan menjebakkan kita kepada perpecahan yang dimurkai Allah.


3. kekuatan JIHAD ISLAMIYAH


Jihad Islami adalah PEmuncak amal Islami. Tanpanya Islam takkan terSEBAR di bumi ini. Tanpanya tiada KEMULIAAN yg akan dicapai dan tiada harapan menjadi kenyataan.
Jihad adalah bersungguh – sungguh menuju Allah. Bersungguh – sungguh dengan segala kudrat tubuh dan kepunyaan untuk mencapai apa yang dituntut Allah. Kesungguhan jenis inilah yang mencipta kekuatan yang maha agung yang tak tersaing oleh segala kekuatan selainnya.
Setiap muslim dituntut mencapai dua matlamat:
1) Matlamat duniawi: Menegakkan khilafah Islamiyyah di muka bumi. Ia berarti agama Islam mestilah menang dan menguasai seluruh agama dan ideologi manusiawi di dunia ini.
2) Matlamat ukhrawi: Memperolehi ridha Allah dan syurgaNya. Ia berarti segala urusan muslim di dunia ini hendaklah dengan niat memperoleh ridha Allah semata – mata.
Ia adalah matlamat yang besar yang tidak mungkin dicapai kecuali dengan kesungguhan yang memuncak. Kesungguhan atau Al Jihad inilah yang menciptakan kekuatan kepada umat Islam. Dengan kekuatan inilah lahirnya peribadi – peribadi Islam yang unggul di dalam ilmu dan akhlak. Dengan kekuatan ini jugalah agama Islam akhirnya tersebar ke seluruh dunia.
Oleh karena Islam adalah agama yang menyeluruh dan meliputi semua aspek dan sektor kehidupan, maka cabang jihad adalah luas seluas kehidupan ini. Oleh karena Islam membina, memajukan dan memberkati semua urusan kehidupan.
Jihad agung menentang tentara kuffar diwajibkan selepas RasuluLlah berhijrah ke Madinah. Dengan kefardhuan inilah kekuatan barisan muslimin menjadi semakin nyata dan menggerunkan musuh. Pembukaan Kota Mekah adalah kemenangan yang merongkai segala kekusutan terhadap kekuatan Islam untuk menguasai dunia.
Dengan panji al jihad al islami(Al iwa dan rayya)lah Islam bergerak maju menyebarkan dan menguasai dunia dan peradabannya.
Justeru jihad difardhukan dan berterusan sehinggalah hari kiamat. Tiada umat yang meninggalkannya kecuali akan ditimpa kehinaan. Tiada umat yang memakainya kecuali akan dikurniai kekuatan dan kemenangan.
Jadilah mujahidin menegakkan agama Allah ,Jadilah Pejuang yang memiliki ciri – ciri pejuang Islam yang gagah berani demi melengkapkan barisan tentara Islam menuju kemenangan.


Inilah 3 kekuatan kita. Inilah sumber kita dan inilah kita.
Anda tidak dapat tidak selain membina akidah dengan betul. Jika tidak ia adalah kekuatan yang sementara dan sia – sia. Anda mestilah berusaha menyatukan shaf pejuang Islam dan jangan menjadi puncak atau batu api yang memecahkan kesatuan jama’ah dan perjuangan Islam. Jika tidak ia akan melemahkan kekuatan Islam dan menghilangkan kehebatannya di sisi musuh.
Kita akan sentiasa di ambang kemenangan jika kita sudah bersedia dengan 3 kekuatan ini.
FIGHTING…




PUSTAKA :
1. Muhammad Ismail. Al Fikrul Al Islamy. 1953
2. Taqiyyuddin An Nabhany. Syakhshiyyatul Islamiyah. Darul Ummah
3. Taqiyyuddin An Nabhany. Attakatul Hizby. 1953
4. Drs. H. Moh. Rifa’i. Tiga Ratus Hadits bekal Da’wah dan pembina Pribadi Muslim. 1980. Wicaksana. Bandung
5. Abu Laily dan Drs. H. Zahri Hamid. Al Hadits. 1983. Kota Kembang Yogyakarta.



~muslimah FIGHTER~

KHAULAH TSABITAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar