Sabtu, 02 Oktober 2010

"THE BLACK RIDER" (KHAULAH AL AZWAR, wanita berkuda pembangkit SEMANGAT KAUM MUSLIMIN)

Duhai kesatria sang pejuang ISLAM

Laksana "MUTIARA yg bersinar" di tengah LUMPUR JAHILIYAH

Kita diibaratkan seperti BATU BATA yang akan MEMBANGUN PERADABAN “GENERASI TANGGUH”

AMARAH yang terkendali dan IDENTITAS kemuslimahanmu LAKSANA PERISAI keINDAHan KEPRIBADIANmu

 KETEPATAN berfikir dan keGESITan LANGKAHmu laksana pejuang sejati

Sepak terjangmu menyisakan kekaguman

Berbanggalah ibu yang melahirkanmu

Menjadi seorang mujahidAH TANGGUH PILIHAN ALLAH.

Hei, muslimah…tahukah kita ,bahwa kita adalah KUNCI KEBAIKAN bagi DIEN ISLAM ini??


adakah pengorbanan demi KEMULIAAN DIEN yg mulia INI..

adakah SLOGAN MOTIVASI kita, "HIDUP MULIA atau MATI SYAHID"?

adakah ALLAH sebagai TUJUAN kita, GHOYYATUl GHOYYAH yt RIDWANULLAH?

RASULULLAH TELADAN kita..?

ALQUR'AN PEDOMAN kita...?



DUHAI, KESATRIA seCEPAT KILAT..

KESATRIA "SETERANG" CAHAYA..

adakah kita seperti SOSOK SAHABIYAH??

                  
                    (created by KHAULAH AL FATIH_M.E_) 





_Sedikit INSPIRASI dari SAHABIYAH ,WANITA PEMBERANI dan KUAT sang PEMBANGKIT SEMANGAT KAUM MUSLIMIN._


                               ~KHAULAH AL AZWAR~



GADIS PEMBERANI...

SECEPAT KILATAN CAHAYA ....




Dikisahkan ketika Khalid bin Al-Walid mendekati medan perang dalam salah satu pertempuran di Ajnadin menghadapi bangsa Rowami dalam episode penaklukkan Damaskus, tiba-tiba ia melihat seorang prajurit penunggang kuda melesat melewatinya dari belakang dan berkuda menuju pasukan Romawi. Sebelum Khalid sempat menahannya, ia telah menghilang, Bertubuh langsing dan berpakaian hitam, penunggang kuda itu mengenakan pelindung di dadanya, bersenjatakan pedang dan tombak. Khalid melihat ia mengenakan sorban hijau dan selendang yang menutupi wajahnya sebagai cadar dan hanya matanya saja yang terlihat. Khalid tiba di medan perang bersamaan dia melihat penunggang kuda itu melemparkan dirinya kedalam pasukan Romawi dengan penuh kemarahan yang membuat semua yang hadir mengira bahwa ia dan kudanya gila. Rafi – pemimpin pasukan yang waktu itu menggantikan Dhirar yang ditawan oleh tentara Romawi - melihatnya sebelum melihat kedatangan Khalid dan berkata, ”Dia menyerang seperti Khalid, tetapi jelas dia bukan Khalid.” Kemudian Khalid bergabung dengan Rafi.

Khalid langsung menggambungkan kelompok Rafi dan pasukan berkuda yang dibawanya dan menyebarkannya dalam kombinasi kekuatan untuk berperang. Sementara itu penunggang bertopeng menunjukkan aksi berkuda dan penyerangan dengan tombaknya yang mendebarkan kaum Muslimin. Dia terus maju menyerang barisan depan pasukan Romawi dan membunuh seorang prajurit, lalu dia berkuda lagi kebagian depan yang lain dan menyerang prajurit di barisan depan, dan seterusnya. Beberapa orang prajurit Romawi maju untuk menghadangnya namun berhasil dijatuhkan dengan permainan tombaknya yang dashsyat. Kagum terhadap pemandangan yang menakjubkan tersebut, pasukan Muslimin masih belum dapat melihat siapa gerangan pejuang itu, kecuali bahwa dia adalah postur seorang anak muda dan sepasang mata yang tajam bercahaya di atas cadarnya. Sang penunggang kuda tampaknya hendak bunuh diri karena dengan pakaian dan tombak yang berlumuran darah dia kembali menyerang prajurit Romawi. Keberanian sang pejuang memberikan keberanian baru bagi kelompok Rafi (yang semua hampir terkalahkan sebelum kedatangan pasukan Khalid bin al-Walid), yang melupakan kelelahan mereka dan menyerbu ke medan perang dengan semangat baru yang tinggi ketika Khalid memerintahkan untuk menyerang.

Penunggang bercadar, yang kini diikuti oleh prajurit lainnya, melanjutkan pertempurannya dengan prajurit Romawi ketika seluruh pasukan kaum Muslimin menyerbu. Segera setelah serbuan umum itu, Khalid mendekat kepada sang penunggang dan bertanya, ”Wahai pejuang, tunjukkanlah wajahmu!” Sepasang mata hitam berkilat menatap Khalid sebelum berbalik dan kembali menyerang tentara Romawi. Kemudian beberapa orang tentara Khalid menyusulnya dan berkata kepadanya. ”Wahai pejuang yang mulia, komandanmu memanggilmu dan engkau pergi darinya! Tunjukkan kepada kami wajahmu dan sebutkan namamu agar engkau dapat dihormat selayaknyai.” Sang penunggang kuda kembali berbalik pergi seolah dengan sengaja merahasiakan identitas dirinya.

Ketika sang penunggang kuda kembali dari serangannya, dia melewati Khalid, yang menyuruhnya dengan tegas untuk berhenti. Dia menarik kudanya berhenti, Khalid melanjutkan: ”Engkau telah berbuat banyak yang memenuhi hati kami dengan kekaguman. Siapakah anda?”

Khalid hampir terjatuh dari kudanya ketika dia mendengarkan jawaban dari penunggang kuda bercadar, karena yang didengarnya adalah suara seorang gadis. ”Wahai komandan, bukannya aku enggan menjawab pertanyaan anda, hanya saja aku merasa malu, sebab anda seorang pemimpin yang agung, sedangkan aku adalah gadis pingitan. Sesungguhnya tiada lain yang mendorongku untuk melakukan hal seperti itu melainkan karena hatiku terbakar dan aku sangat sedih.

Khalid dibuat kagum kepada orang tua itu, Al-Azwar, yang menjadi ayah pejaung-pejuang pemberani, laki-laki dan perempuan. ”Kalau begitu bergabunglah bersama kami.”

Itulah dia, Khaulah binti Al-Azwar, seorang gadis pemberani, yang membuat kagum pasukan Muslimin dengan sepak terjangnya menyerang tentara Romawi. Kesedihan dan kemarahan akan berita ditawannya saudaranya tercinta, Dhirar bin al-Azwar, membuatnya tampil ke medan perang sebagai pejuang, dan tidak lagi berada di barisan belakang sebagai perawat prajurit yang terluka dan mengurus perbekalan sebagaimana yang dilakukan sebelumnya bersama para wanita yang ikut dalam peperangan.

Dikisahkan dalam perang Yarmuk, Khaulah, isteri Zubair, Ummu Hakim dan kaum wanita lainnya ikut terlibat di dalam peperangan. Dengan bersenjatakan tombak dan tiang-tiang tenda, mereka melawan setiap tentara musuh yang mendekat, dan membawakan air bagi pasukan muslimin yang terluka dan kehausan. Ia berteriak kepada kaumnya: ”Sebagian kalian jangan sampai terpisah dari lainnya. Jadilah seakan-akan satu lingkaran dan jangan berpencar karena itu akan menyebabkan kalian mudah dikuasai lalu akan terjadi perpecahan diantara kalian. Hancurkan tombak-tombak mereka, patahkan pedang-pedang mereka!”

Dia berperang dengan seorang tentara Romawi, namun lawannya adalah pemain pedang yang lebih baik dan berhasil memukul kepala Khaulah dengan pedangnya, dan akibatnya ia terjatuh dengan darah yang bersimbah membasahi kepalanya. Ketika pasukan Romawi dipukul mundur, dan wanita lainnya melihat tubuhnya tidak bergerak, ia menangis sedih dan bergegas mencari Dhirar untuk mengabarkan bahwa saudarinya tercita telah tiada. Namun Dhirar tidak dapat ditemu hingga malam tiba. Ketika ia kahirnya tiba di tempat saudarinya, Khaulah duduk dan tersenyum. Dia sungguh baik-baik saja!

Maraji:

1. "The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns" oleh mantan Lieutenant-General A.I. Akram of the Pakistan Army, in October 1969.

2. “Dzatul Himmah” (Setinggi Cita Wanita Perindu Surga) oleh Isham bin Muhammad Asy-Syarif.

Kamis, 23 September 2010

Mendudukkan Kembali Fungsi Keluarga

Oleh Kholda Naajiyah

Tanggal 29 Juni diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional. Keluarga adalah elemen terkecil masyarakat yang diharapkan menjadi sumber kebahagiaan dan kesejahteraan. Sudahkkah itu terwujud? Marilah kita cermati, betapa masih banyak problem yang dialami keluarga-keluarga di Indonesia. Seperti keluarga yang kesulitan ekonomi, kesulitan mengakses pendidikan hingga keluarga yang tercerai berai. Krisis keluarga ini bermula dari terjadinya bergeseran fungsi dan peran keluarga itu sendiri.




Keluarga idealnya menjalankan delapan fungsi, namun hal ini sudah mulai mengalami disfungsi. Pertama, fungsi reproduksi. Keluarga yang dibangun melalui lembaga suci pernikahan, dimaksudkan untuk melahirkan keturunan yang sah. Namun saat ini, makin banyak keluarga yang tidak mampu melaksanakan fungsi ini. Selain faktor takdir Allah SWT, gaya hidup tak sehat, memicu kegagalan pasangan suami-istri mendapatkan keturunan.

Menyatukan Fisika dan Metafisika

by KAKEK ROHMAN RAHMATULLAH 'ALAIHI 

Menurut Prof. S.M. Naquib al-Attas, masalah kekeliruan ilmu (corruption of knowledge) adalah merupakan masalah yang paling mendasar dalam kehidupan masyarakat modern. (al-Attas, Islam dan Sekularisme, 2010). Kekeliruan ini muncul akibat menyusupnya paham sekuler yang dibawa oleh peradaban Barat ke dalam ilmu-ilmu kontemporer. Ilmu yang keliru melahirkan tindakan manusia yang keliru pula. Inilah yang disebut oleh al-Attas, pakar Filsafat Sains,  sebagai loss of adab, yaitu hilangnya kemampuan manusia melakukan tindakan yang benar karena bersandar pada ilmu yang keliru.

Tindakan yang keliru ini pada akhirnya bukanlah memberikan kebahagiaan, melainkan kesengsaraan kepada manusia. Buktinya, disaat sains dan teknologi sedemikian maju saat ini, umat manusia bukannya berhasil meraih kebahagiaan. Sebaliknya, berbagai keresahan dan kekeringan jiwa serta kerusakan alam terus meruyak. Kerusakan lingkungan, wabah penyakit yang tiada henti, bencana alam, degradasi moral, kriminalitas, dan peperangan, dating silih berganti.

Sabtu, 18 September 2010

JILBAB DAN KHIMAR, BUSANA MUSLIMAH DALAM KEHIDUPAN UMUM

1. PENGANTAR

Banyak kesalahpahaman terhadap Islam di tengah masyarakat. Misalnya saja jilbab. Tak sedikit orang menyangka bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah kerudung. Padahal tidak demikian. Jilbab bukan kerudung. Kerudung dalam Al Qur`an surah An Nuur : 31 disebut dengan istilah khimar (jamaknya : khumur), bukan jilbab. Adapun jilbab yang terdapat dalam surah Al Ahzab : 59, sebenarnya adalah baju longgar yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari atas sampai bawah.

Kesalahpahaman lain yang sering dijumpai adalah angga
pan bahwa busana muslimah itu yang penting sudah menutup aurat, sedang mode baju apakah terusan atau potongan, atau memakai celana panjang, dianggap bukan masalah. Dianggap, model potongan atau bercelana panjang jeans oke-oke saja, yang penting ‘kan sudah menutup aurat. Kalau sudah menutup aurat, dianggap sudah berbusana muslimah secara sempurna. Padahal tidak begitu. Islam telah menetapkan syarat-syarat bagi busana muslimah dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukkan oleh nas

JILBAB vs KERUDUNG (jilbab bukanlah KERUDUNG)

Bagi wanita yg telah berSYAHADat BERARTI ia berKOMITMEN kepada ALLAH bahwa ia akan taat pada HUKUM SYARA' termasuk dalam hal PAKAIAN (kecuali yang sekedar syahadat saja tanpa memahami maknanya).

 Dalam pandangan kebanyakan orang , bahwa KERUDUNG disebut-sebut sebagai JILBAB padahal ini jelas berbeda antara pengertian JILBAB dan kerudung dan terjadilah salah KAPRAH antara definisi JILBAB dan kerudung itu sendiri.  Misalnya saja jilbab,Tak sedikit orang menyangka bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah kerudung. Padahal tidak demikian. Jilbab bukanlah kerudung.


Kesalahpahaman lain yang sering dijumpai adalah anggapan bahwa busana muslimah itu yang penting sudah menutup aurat, sedang mode baju apakah terusan atau potongan, atau memakai celana panjang, dianggap bukan masalah. Dianggap, model potongan atau bercelana panjang jeans oke-oke saja, yang penting ‘kan sudah menutup aurat. Kalau sudah menutup aurat, dianggap sudah berbusana muslimah secara sempurna.

Jumat, 17 September 2010

Penghalang-Penghalang dalam Menuntut Ilmu



Ilmu adalah cahaya yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Tidak diragukan lagi kedudukan orang yang berilmu disisi Allah adalah lebih tinggi beberapa derajat. Hanya orang-orang yang berilmu & berakal lah manusia dapat memahami kebesaran Allah melalui penciptaan alam semesta beserta segala isinya.

Demikian mulia kedudukan orang yang berilmu sehingga Rasulullah meriwayatkan dalam sebuah hadist :

Selasa, 07 September 2010

3 keKUATan kita, ikatan kaum Muslimin yg tak terPATAHkan!!

HEMMMMM....kekuatan??

let'z melakukan ANALISIS SWOT...

ada yNG mengganggap kekuatan ini sebagai KEKUATAN "STRENGHT", sebagian juga menganggapnya "WEAK".
tapi tahukah kita keKUATan 3 in 1 ini adalah kekuatan DAHSYAT kpunyaan KAUM MUSLIMIN yang seharusnya dijaga. yang berbeda dg kekuatan2 yg dimiliki olh orang2 KAFIR.


1. KEKUATAN AQIDAH ISLAMIYAH





"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69) .

Akidah Islam merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi seorang Muslim. Sebab, ia adalah pangkal dari seluruh keluhuran dan kebajikan. Tanpa iman, manusia laksana bangkai hidup yang tak memiliki nilai dan harga sedikitpun. Atas dasar itu, Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan seorang Muslim untuk menjaga akidahnya dengan sungguh-sungguh dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun.

Sikap hidup seorang muslim sangat ditentukan oleh cara pandang mendasar yang dimilikinya tentang kehidupan. Sebagai seorang muslim, yang telah meyakini aqidah Islam, sudah seharusnya ia senantiasa memiliki kesadaran penuh bahwa keberadaan dan eksistensi dirinya, alam semesta yang ditempatinya serta kehidupan yang dijalaninya di dunia ini bukan terjadi dan berjalan dengan sendirinya. Semua itu adalah ciptaan Allah SWT. Dia-lah sebagai "Subyek Pengendali" segala sesuatu yang berlangsung di alam semesta ini.

Dengan demikian se2orang akan senantiasa menyadari bahwa posisinya di dunia ini adalah sebagai seorang hamba yang tunduk pada aturan Allah SWT sebagai Khaliqnya. Selanjutnya ia pun meyakini bahwa hanya Allah SWT yang harus ditaati dan disembah, dan hanya keridloan-Nya lah yang harus digapai dalam kehidupan ini.

Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat yang menjadi ikrar setiap muslim (maupun muslimah) yang dibacakan dalam setiap sholatnya : "Tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah". Muhammad ismail dalam kitabnya "Al Fikrul Al Islamy" menjelaskan bahwa arti Laaillaha illallah baik secara lughowi maupun syar’I adalah Laa ma’budda illallah (Tidak ada yang disembah kecuali allah). Artinya, seorang muslim/muslim) yang telah mengikrarkan kalimat syahadat di atas harus mewajibkan dirinya untuk melakukan ibadah hanya kepada Allah semata, tidak kepada yang lain. Cara pandang khas ini merupakan cara pandang yang dilandasi oleh aqidah islamiyah. Demikian juga, seluruh pemikiran-pemikiran cabang yang ada saat ini pun harus dibangun di atas landasan aqidah Islamiyah.

Aqidah Islam Sebagai Pijakan Berfikir dan Bertindak

Ketika seorang muslim mengambil Islam sebagai Aqidahnya maka sudah seharusnya ia senantiasa menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar kehidupannya. Ia pun harus memahami bahwa karakter aqidah islam adalah aqidah ruhiyah dan aqidah siyasiyah. Sehingga ia senantiasa menjadikan aqidah Islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak.

Tak satu pun pemikiran-pemikiran yang ia lahirkan kecuali berangkat dan berstandar hanya pada aqidah Islamiyah. Demikian juga ketika bertindak atau bersikap maka tak satu pun tindakan atau pun sikap yang ia tunjukkan kecuali berstandar pada hukum syara’ yang terpancar dari aaqidah islamiyah tersebut.

Seorang muslim tidak akan merasakan dirinya hidup kecuali di atas pijakan Aqidah islamiyah. Bahkan sulit baginya untuk melepaskan diri dari ikatan Aqidah Islamiyah. Dengan demikian ketika nilai-nilai asing datang dan berusaha menyusup ke alam kehidupannya maka ia tiada ragu dan sungkan untuk menolaknya bahkan semaksimal mungkin berusaha mengikis "virus" tersebut dari kehidupannya.

Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya untuk mengambil atau mengakomodasi nilai-nilai asing termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai demokrasi. Karena ia menyadari bahwa nilai-nilai tersebut adalah racun yang membahayakan bagi diri dan umatnya. Ia menyadari bahwa jika mengambil apalagi meminum racun tersebut sama saja dengan melakukan upaya bunuh diri.

Seorang muslim tak pernah sedikitpun tergiur oleh bujuk rayu pemikiran-pemikiran asing yang bermaksud menyeretnya. Ia tak pernah bergeming sedikit pun oleh bujukan materi ataupun manfaat yang disuguhkan dihadapannya. Untuk meneguk setetes pun, tak kuasa ia melakukannya. Karena ia sadar bahwa semua itu hanyalah tipu daya yang akan membawa dirinya pada jurang kesengsaraan dan kesesatan. Sehingga ia semakin berusaha untuk memperkuat aqidahnya. Ia pun tak melupakan apa yang telah menjadi firman Allah SWT dalam Al Baqarah : 256 : ""... Sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dan jalan yang salah. kArena itu barangsiapa yang ingkar pada thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…"

Dalam kondisi apapun seorang muslim yang menjadikan aqidah Islam sebagai pegangan hidupnya akan tetap pada pendirian untuk mengambil hanya satu standar nilai dalam hidupnya. Sekalipun ia harus mengorbankan harta, jiwa dan raganya ia akan tetap memilih jalan hidup yang hakiki. Baginya hidup yang hakiki bukan untuk memperoleh materi ataupun manfaat, akan tetapi hidup yang hakiki adalah meraih kemuliaan di sisi Al kaliqnya. Ia pun sadar bahwa satu-satunya jalan untuk meraih kemuliaan hanyalah dengan menjadikan Aqidah islamiyah sebagai standar baku dalam kehidupannya.

Pada saat seorang muslim menjadikan aqidah islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak itulah dikatakan ia telah menemukan jatidirinya, sebagai sosok pribadi muslim. Yakni sosok kepribadian yang khas, yang murni dan istimewa, tidak tercampur sedikit pun oleh nilai-nilai asing.

Begitulah seharusnya seorang muslim. Ia senantiasa memegang idealisme Islam dengan kuat. Ia pun optimis bahwa idealisme Islam yang mampu memecahkan seluruh problematika kehidupan m,anusia.

Acuh Tak Acuh bukan Tabiatnya

Bukan tabiat seorang muslim hidup dengan konsep individualisme. Sebaliknya ia senantiasa menempatkan dirinya menjadi bagian dari umat islam yang lain. Karenanya ia tak lupa dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW : "Kamu akan melihat orang-orang yang beriman saling berkasih sayang, saling mencintai, saling mengasihi yaitu bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota saja sakit, maka tertariklah bagian anggota yang lain ikut sakit dengan tidak dapat tidur dan badan panas" (HR. Bukhari Muslim). "Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka. Dan barangsiapa yang tidak berada di waktu pagi dan petang selaku pemberi nasehat bagi Allah dan rasulNya, bagi kitabNya, bagi pemimpinnya dan bagi umumnya kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka." (HR Ath. Thabrany)

Oleh karena itu seorang muslim tak akan pernah tinggal diam ketika melihat nilai-nilai asing yang membahayakan bagi saudara-saudaranya (umat Islam yang lain). Ia tak bisa berdiam diri melihat fakta yang demikian. Ia akan senantiasa berusaha menyadarkan umat islam untuk senantiasa waspada terhadap nilai-nilai asing yang membahayakan bagi kehidupan mereka.

Ia bagaikan pembawa pelita penerang jalan, pembawa penjelas antara yang haq dan yang bathil, sebab ia adalah generasi penerus penyampai risalah Rasulullah SAW. Ia menjadi penuntun orang-orang yang meminta petunjuk ke arah jalan kebenaran. Dirinya sarat dengan bejana-bejana ilmu dan aqalnya ibarat khazanah-khazanah hikmah. Ia tak akan pernah merelakan masyarakat (umat Islam) dijauhkan dari nilai-nilai Islam. Ia pu tak rela masyarakat berada di bawah pengaruh orang-orang tak berilmu yang dengan mudah memberikan fatwa untuk menerima kebathilan. Dengan demikian keberadaan dirinya senantiasa dibutuhkan umat Islam.

Untuk menjadi muslim yang demikian tentulah sangat tidak cukup hanya menjadikan Aqidah Islamiyah sebatas ucapan lafadz-lafadz. Akan tetapi haruslah berusaha menjadikan aqidah tersebut sebagai standar baku bagi kehidupannya dan memahami konsekuensinya. Sehingga ia pun memiliki kepedulian yang tinggi untuk memelihara nilai-nilai Islam yang ada dalam dirinya dan nilai-nilai Islam yang ada dalam diri umat Islam pada umumnya.

Nilai-nilai asing yang membahayakan dirinya ia pahami membahayakan pula bagi uamatnya. Demikian pula nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya ia pahami pula membahayakan bagi dirinya. Hingga ia pun senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi untuk memelihara diri dan umatnya dari kontaminasi racun-racun dunia. Ia pun dengan lantang akan mengatakan racun adalah racun, madu adalah madu. Kebenaran adalah kebenaran, kebathilan adalah kebathilan. Tak pernah ia membungkus kebathilan dengan sesuatu agar tampak baik dihadapan umat Islam. Bahkan tanpa segan membongkar keburukan nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya dengan sejelas-jelasnya, untuk kemudian menunjukkan al haq yang sesungguhnya, tanpa ragu dan bimbang. Demikianlah seharusnya seorang muslim bersikap peduli terhadap umat Islam. Kepeduliannya terhadap umat islam adalah kepeduliannya terhadap islam sebagai dien yang dianutnya.

Perjuangan Hakiki Muslim Bersama Umat

Ketika kaum muslimin telah menyadari akan esensi aqidah Islam yang dipeluknya, maka muslim bersama ummat bersatu dalam barisan perjuangan yang hakiki. Yakni perjuangan yang berada di bawah panji aqidah LAA ILLAAHA ILLALLAH MUHAMMADAR RASULULLAH. Dengan kata lain perjuangan yang berperspektif Islam.

Dalam perjuangan ini, kaum muslimin (termasuk muslim) berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai Islam yang hakiki. Nilai-nilai Islam yang murni tanpa adanya noda-noda asing yang akan mencemari nilai Islam. Nilai ini tentu saja bukan nilai yang absurd, akan tetapi merupakan nilai yang pasti akan membawa kaum muslimin sampai pada suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan tuntunan ilahi. Dalam perjuangannya tak pernah ada kata sepakat dengan nilai-nilai asing. Dengan kata lain tidak ada kata kompromi ataupun akomodasi dengan nilai-nilai yang datang dari luar Islam, sekalipun nilai asing tersebut nampak baik luarnya. Sebab ukuran kebaikan tidak bisa dilihat dari luarnya, akan tetapi hanya dapat dilihat dari ideologi yang mendasarinya.

Oleh karena itu, bukan sesuatu yang tidak mungkin, jika kaum muslimin selalu bercita-cita mewujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupannya. Bukan pula hal yang mustahil untuk menolak setiap bentuk nilai-nilai asing yang bertentangan dengan nilai Islam.

Akhirnya hanya kembali kepada aqidah Islamiyah, kaum muslimin dapat mencapai kemuliaan yang hakiki.


2. ikatan UKHUWAH ISLAMIYAH








Persaudaraan adalah tali yang mengikat antara manusia. Persaudaraan menyatukan di antara individu dan mengelak perselisihan sesama manusia. Oleh karena manusia perlu bersatu demi kehidupan yang harmoni dan bahagia, pelbagai ikatan digunakan demi mengukuhkan persaudaraan dan penyatuan.
Ikatan darah, keturunan, bangsa, kabilah, warna, pangkat, negara, geografi malah ideologi manusiawi adalah pilihan manusia untuk hidup bersatu. Tetapi alangkah sempit, sukar dan putusnya penyatuan berdasarkan ikatan – ikatan tersebut. Kulit hitam tidak boleh disatukan dengan kulit putih selamanya karena warna yang berbeda. Begitulah yang lain.
Kegagalan menyebabkan manusia berpecah. Perpecahan menyebabkan manusia dan kehidupan menjadi lemah dan kucar – kacir.



Ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan Islam adalah kekuatan kita. Ia adalah ikatan agama. Ia adalah ikatan berteraskan akidah yang benar dan sahih. Manusia muslim disatukan di dalam kepercayaan yang dibekalkan tuhannya sendiri.

Persaudaraan Islam berbeda dengan yang lain dipandang dr dua sudut:
Pertama, ia tidak dibatasi ikatan – ikatan sempit.
Kedua, ia adalah ikatan di atas agama yang benar. agama dan ideologi lain yang menjadi asas ikatan persaudaraan adalah batil dan sesat. Sesuatu yang dibina di atas kebatilan dan kesesatan adalah lemah, gagal dan tidak kekal.

Persaudaraan Islam lahir daripada pengajaran agama bahwa manusia adalah hamba kepada tuhan yang satu. Kepercayaan ini menjadikan mereka bersatu tunduk kepada satu arahan, satu harapan dan satu matlamat. Jalan menuju Allah adalah lurus. Kelurusan hala tuju akan mengelak pertembungan.
Kemudian, umat Islam disatukan melalui rujukan yang sama yaitu Alquran dan Rasul dan juga ibadah yang sama yaitu rukun Islam yang lima. Begitulah pengajaran Islam telah membina landasan yang betul ke arah penyatuan umat Islam.

Umat Islam bersatu karena mereka diarah untuk bersatu tujuan. Mereka bersatu karena mereka dilarang berbeda tujuan. Arahan dan larangan bersifat Rabbani yang pasti benar ini mendorong umat Islam untuk saling menjaga diri dan saudaranya daripada tersasar.
Justru lahirlah sifat – sifat mulia yang menjadi medium ke arah kesatuan seperti nasihat, ta’awun, hikmah, lembut, sabar, berani, lapang dada dan lain – lain lagi. Juga hilanglah sifat – sifat buruk yang mendorong perpecahan seperti angkuh, kikir, kasar, keras, keluh kesah, penakut, sempit dada dan lain – lain lagi.

Dengan kekuatan ukhuwwah Islamiyah inilah RasuluLlah telah membentuk barisan sahabatnya yang bersatu sedari awal pembentukan mereka melalui akidah yang benar. Dengan kekuatan ini jugalah baginda menyatukan di antara kaum Muhajirin dan Ansar sebaik penghijrahan baginda ke Madinah. Begitulah talian – talian dan ikatan – ikatan lain menjadi kerdil dan terpinggir di hadapan kekuatan ukhuwwah Islamiyah.

Justru kita menjadi kuat dan gagah. Kesatuan kita adalah diibaratkn sebuah bangunan yang ko2h, saling menyokong di antara komponennya. Atau seperti jasad yang satu, apabila satu anggota sakit, ia turut ditanggung oleh semua anggota yang lain.
Kita mestilah menjaga dan memperkokohkan persaudaraan Islam ini. Ia adalah asas yang menjadikan kita gagah dan dihormati semua manusia. Kita mestilah menjauhi perkara – perkara yang memungkinkan kekeruhan, ketegangan dan kepanasan berlaku atas sebab – sebab yang kecil atau tidak benar. Kealpaan dan kelalaian di dalam menjaga kekuatan ini pasti akan menjebakkan kita kepada perpecahan yang dimurkai Allah.


3. kekuatan JIHAD ISLAMIYAH


Jihad Islami adalah PEmuncak amal Islami. Tanpanya Islam takkan terSEBAR di bumi ini. Tanpanya tiada KEMULIAAN yg akan dicapai dan tiada harapan menjadi kenyataan.
Jihad adalah bersungguh – sungguh menuju Allah. Bersungguh – sungguh dengan segala kudrat tubuh dan kepunyaan untuk mencapai apa yang dituntut Allah. Kesungguhan jenis inilah yang mencipta kekuatan yang maha agung yang tak tersaing oleh segala kekuatan selainnya.
Setiap muslim dituntut mencapai dua matlamat:
1) Matlamat duniawi: Menegakkan khilafah Islamiyyah di muka bumi. Ia berarti agama Islam mestilah menang dan menguasai seluruh agama dan ideologi manusiawi di dunia ini.
2) Matlamat ukhrawi: Memperolehi ridha Allah dan syurgaNya. Ia berarti segala urusan muslim di dunia ini hendaklah dengan niat memperoleh ridha Allah semata – mata.
Ia adalah matlamat yang besar yang tidak mungkin dicapai kecuali dengan kesungguhan yang memuncak. Kesungguhan atau Al Jihad inilah yang menciptakan kekuatan kepada umat Islam. Dengan kekuatan inilah lahirnya peribadi – peribadi Islam yang unggul di dalam ilmu dan akhlak. Dengan kekuatan ini jugalah agama Islam akhirnya tersebar ke seluruh dunia.
Oleh karena Islam adalah agama yang menyeluruh dan meliputi semua aspek dan sektor kehidupan, maka cabang jihad adalah luas seluas kehidupan ini. Oleh karena Islam membina, memajukan dan memberkati semua urusan kehidupan.
Jihad agung menentang tentara kuffar diwajibkan selepas RasuluLlah berhijrah ke Madinah. Dengan kefardhuan inilah kekuatan barisan muslimin menjadi semakin nyata dan menggerunkan musuh. Pembukaan Kota Mekah adalah kemenangan yang merongkai segala kekusutan terhadap kekuatan Islam untuk menguasai dunia.
Dengan panji al jihad al islami(Al iwa dan rayya)lah Islam bergerak maju menyebarkan dan menguasai dunia dan peradabannya.
Justeru jihad difardhukan dan berterusan sehinggalah hari kiamat. Tiada umat yang meninggalkannya kecuali akan ditimpa kehinaan. Tiada umat yang memakainya kecuali akan dikurniai kekuatan dan kemenangan.
Jadilah mujahidin menegakkan agama Allah ,Jadilah Pejuang yang memiliki ciri – ciri pejuang Islam yang gagah berani demi melengkapkan barisan tentara Islam menuju kemenangan.


Inilah 3 kekuatan kita. Inilah sumber kita dan inilah kita.
Anda tidak dapat tidak selain membina akidah dengan betul. Jika tidak ia adalah kekuatan yang sementara dan sia – sia. Anda mestilah berusaha menyatukan shaf pejuang Islam dan jangan menjadi puncak atau batu api yang memecahkan kesatuan jama’ah dan perjuangan Islam. Jika tidak ia akan melemahkan kekuatan Islam dan menghilangkan kehebatannya di sisi musuh.
Kita akan sentiasa di ambang kemenangan jika kita sudah bersedia dengan 3 kekuatan ini.
FIGHTING…




PUSTAKA :
1. Muhammad Ismail. Al Fikrul Al Islamy. 1953
2. Taqiyyuddin An Nabhany. Syakhshiyyatul Islamiyah. Darul Ummah
3. Taqiyyuddin An Nabhany. Attakatul Hizby. 1953
4. Drs. H. Moh. Rifa’i. Tiga Ratus Hadits bekal Da’wah dan pembina Pribadi Muslim. 1980. Wicaksana. Bandung
5. Abu Laily dan Drs. H. Zahri Hamid. Al Hadits. 1983. Kota Kembang Yogyakarta.



~muslimah FIGHTER~

KHAULAH TSABITAH

Penemuan-Penemuan Ilmuwan Muslim Yang Mengubah Peradaban Dunia

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa beberapa penemuan yang mengubah peradaban dunia berasal dari para ilmuwan muslim.Parailmuwan ini mempunyai kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuandan merupakan temuan awal sebelum dikembangkan oleh ilmuwan Baratlainnya.Penemuan-penemuan ilmuwan muslim ini sempat terlupakan olehmasyarakat dunia.Untuk itu sebuah Yayasan Sains, Teknologi dan Peradaban(The Foundation for Science Technology and Civilisation (FSTC) yangberpusat di London Mengadakan pameran untuk memperlihatkan danmenegaskan kepada publik tentang kontribusi peradaban non-barat yangsudah ada 1000 tahun yang lampau.Apa saja penemuan-penemuan itu?



1. Operasi Bedah


Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing menjadi benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga yang dilaporkan melakukan operasi caesar dan menciptakan sepasang alat jepit pembedahan.



2. Kopi
Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajat yang kemudian kopi disukai oleh seluruh kerajaan. Pada abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada abad ke-16 ketika kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.


3. Mesin Terbang


Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.




4. Universitas


Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan universitas al-Qarawiyyin dan terus beroperasi selama 1.200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.


5. Aljabar


Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9 'Kitab al-Jabr Wal-Mugabala', yang diterjemahkan ke dalam buku 'The Book of Reasoning and Balancing'. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa menjadi kekuatan.


6. Optik


IBNU AL HAITHOM (AN NAZHEM)

"Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm," ujar Hassani. Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.

7. Musik

Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen yang hadir ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet Arab.


8. Sikat Gigi

Menurut Hassani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.


9. Engkol


Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh Al-jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini





<span>untuk UMMAT TERBAIK , kapan bisa meneruskan kembali PERADABAN dan KEJAYAAN ISLAM yang pernah ADA?? tentu saja dg AQIDAH  ISLAMIYAH yg kuat dan KEIMANAN?
 maka dari itu terhindar dari SIFAT SOMBONG dab hanya ingin MENDAPATKAN KEUNTUNGAN dr PENEMUAANNYA LAYAKnya KAPITALIS.


Sabtu, 04 September 2010

MeMbAnGuN InTeLeKtUaLiTaS MuSLiMaH (LET'Z GO..BE an INTELECTUAL MUSLIMAH)

Kemenangan-kemenangan dalam sejarah pertempuran Islam oleh sebagian orang hanya dilihat dari kepemimpinan para komandan yang memimpin pasukan Islam tersebut. Bagi musuh-musuh Islam mungkin hal itu dianggap benar. Akan tetapi, yang sesungguhnya harus diketahui ialah bahwa kemenangan-kemenangan itu dipimpin oleh tiga komandan.

Pertama,

Qiyadah Rabbaniyah yang merupakan bentuk kepemimpinan itu sendiri, yaitu menjadikan penghambaan kepada Allah Swt dengan penuh keikhlasan.

Kedua, Qiyadah para laki-laki yang memang banyak ditulis dalam sejarah keemasan perjuangan Islam.

Dan satu qiyadah lagi,
yang bekerja dengan tenang dan tanpa banyak bicara, yang banyak dilupakan oleh penulisan sejarah. Ia adalah kepemimpinan para wanita muslimah. Yang membekali para tentara dengan bekal terlebih dulu, jauh sebelum mereka memasuki arena perjuangan. Yang memBACK up mereka dengan kerinduan kepada jihad di jalan Allah. Memberinya kepercayaan akan keuniversalan Islam baik dari sisi ajaran maupun peruntukannya secara teritorial.


Sesungguhnya, seorang wanita memiliki peran yang sangat besar dalam mempengaruhi dan mewarnai serta membentuk pola fikir dan kemampuan akal seorang anak, keluarganya dan kemudian masyarakatnya. Untuk itulah Islam telah memberikan perhatian yang besar terhadap akal wanita, bagaimana agar memiliki kemampuan akal yang baik. Karena dari kemampuan inilah, ia akan melahirkan pribadi-pribadi yang besar, sesudah dengan kekuatan keimanan dan ibadah, tentunya.


Islam membentuk intelektualitas muslimah semenjak pertama kali ia datang dan bukan sebuah karya yang baru belakangan ada. Tetapi karya itu ada semenjak pertama kali Islam ada. Bagaimana Islam membentuk intelektualitas muslimah ?



l. Membentuk intelektualitas muslimah yang kritis dan bebas memilih dengan benar
 

Artinya, Islam ingin agar para muslimah memiliki akal (FIKROH) yang mampu membenahi dan meluruskan kondisi individu dalam lingkup keluarga, maupun kondisi yang terjadi di lingkungan masyarakatnya. Dengan begitu seorang muslimah -dalam sebuah ibarat- mampu memilih mana yang "busa dan mana yang keju" dalam segala sisi kehidupannya.

Semenjak kemunculannya pertama kali, Islam telah membangun intelektualitas yang kritis dan kondusif bagi para muslimah. Dengan jalan meletakkan agama yang baru ini dihadapan kebiasan dan hukum yang berlaku sebelum datangnya Islam, kemudian diperintahkan akal manusia untuk memilih dengan penerimaan yang rasional sekali (qonaah `aqliyah), sehingga seorang muslimah dengan kritis bisa memilih mana yang lebih baik antara Islam dan hukum kebiasaan yang ada sebelum datangnya Islam. Karena sesungguhnya ketika Islam meminta para laki-laki maupun wanita untuk masuk Islam, ia memintanya untuk masuk Islam dengan penerimaan yang bisa diyakini oleh akal(proses berfikir)nya, kemudian baru bagaimana kebenaran akal yang diyakininya itu meresap dalam diri.

Sesungguhnya perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam Islam akan menjadi sangat kering kerontang, tidak ada artinya, manakala ia mengabaikan pembentukan aka l(proses berfikir yg mustanir tdk melenceng dr yg telah ditetapkan ISLAM) yang kritis dan tanggap bagi para muslimah. Lihatlah bagaimana kebebasan menerima atau menolak calon suami yang merupakan hak bagi seorang muslimah.

Pada dasarnya, jauh sebelum kebenaran ditegakkan dan dikokohkan, yang tidak kalah pentingnya adalah menyiapkan iklim yang sesuai bagi orang-orang yang akan berinteraksi dengan kebenaran tersebut, dalam kapasitasnya sebagai sesuatu yang baru. Atau dalam makna lain adalah perlu disiapkannya kemampuan akal yang cocok yang mampu berinteraksi dengan kebenaran yang sudah ditegakkan, atau bahkan diberikan dengan gampang kepadanya untuk ditegakkan. Kalau tidak, maka betapa banyak dimasa kini para wanita dan muslimah yang gagal berinteraksi dengan kebenaran yang telah ditegakkan bagi mereka, karena tidak adanya kesiapan akal mereka untuk mengikuti. Akal mereka tidak terbiasa untuk kritis, bertanya dan berdiskusi. Tetapi mereka terbiasa menjalankan apa yang hanya diperintahkan kepada dirinya. Cara-cara yang dilakukan Islam dalam membentuk intelektualitas muslimah yang kritis adalah dengan jalan sebagai berikut :

a. Membakukan standar dan tolok ukur dari urusan-urusan yang melingkupi dirinya sebagai muslimah, yang dengan itu ia bisa menghadapi masyarakat maupun kaum pria ketika mereka berusaha mengusik kebebasannya. Ukuran itu tentu saja adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah yang dengannya segala sesuatu diukur. Sehingga kalau terjadi perselisihan, maka semua meyakini bahwa syari'at rabbani-lah yang akan menghukumi perselisihan itu. Syari'at Islam telah memberi perhatian besar terhadap hak-hak wanita, dalam sebuah peraturan yang harus diterapkan baik oleh individu maupun oleh sebuah pemerintahan dengan hukum wajib, dan bukan sunnah ataupun sekedar penganjuran.

b. Dengan adanya ketentuan dan syari�at tersebut, setiap muslimah menjadi tahu apa yang menjadi hak dan apa yang menjadi kewajibannya karena kebakuan tolok ukur tersebut. Sehingga, setiap permasalahan yang mereka hadapi dengan mudah bisa diselesaikan dengan kesucian standard tersebut, tanpa bisa dikibuli oleh siapapun sebagaimana hukum-hukum buatan manusia.

c. Islam sangat menganjurkan kepada para muslimah untuk mengasah akal
mereka agar menjadi kritis dengan jalan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dihalalkan dan hal-hal yang diharamkan. Disamping itu, ia juga menyuruh mereka belajar pekerjaan lain diluar pekerjaan pokoknya sebagai muslimah, seperti mengobati orang yang sakit dan mengajari sesama kaum muslimah. Karena itu ilmu dan menuntutnya adalah modal utama untuk membentuk kemampuan akal yang kritis. Tanpa keduanya, sangat sulit bisa mewujudkan kemampuan akal yang besar. Tanpa jerih payah untuk mencari tahu dan banyak belajar, tidak akan ada akal yang kritis, yang tajam dan mampu meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hidup ini. Intelektualitas yang kritis dan tajam itu bisa dilihat ketika ia menghadapi masalah yang besar, yang membutuhkan pemikiran yang jernih dan penjabaran daya nalar tajam. Atau ketika ada berbagai pilihan yang sulit dan dibutuhkan memilih mana yang benar dari banyaknya pilihan itu. Saat itulah kemampuan akal itu diuji, sehingga akan nampak apakah seseorang memiliki kemampuan daya ketajaman akal dan kekritisan yang baik atau tidak. Namun, yang perlu diingat ialah bahwa ketika Islam memberi kebebasan memilih dalam berbagai hal bagi kaum muslimah, maka ia memberikan sebuah kebebasan yang bertanggung jawab dan bukan kebebasan yang berantakan, bercerai berai (`asyfa-i) ataupun memilih tanpa pengetahuan.

sangat besar perhatian Islam terhadap pembentukan intelektualitas muslimah yang tangguh, kritis, yang selalu hidup dengan tegas ketika ia harus memilih. Agar bisa memilih yang baik dengan tanpa dipaksa oleh segala macam bentuk kediktatoran. Ia adalah akal Islami yang cerdas, yang tidak keluar dari lingkaran keIslaman seujung jaripun, sekalipun yang dipilih adalah Rasulullah SAW.

(akan direvisi jika mendapat kritikan)

WASALAMU'ALAIKUM.WRWB..

Jumat, 03 September 2010

WASPADA!! MODUS "PELECEHAN IMAN" di DUNIA MAYA lewat FESBUK

from :



.....Menikah !
Menikah !
Menikah !
Siapa yg tidak ingin menikah?
Menyempurnakan separuh dien, ibadah jadi lebih sempurna & banyak pahalanya. Ya, itulah faktanya. Apa lagi untuk ikhwan & akhwat, yang paham betul arti pernikahan. Ngebeeet...Cari jodoh..!!

Eeit, hati-hati...!! Apa lagi di FB.
Ini kisah nyata. Telah,sedang & mungkin akan trus berlanjut, mungkin akan menimpa anda terutama akhwat-akhwat tangguh atau akhwat yang berada dibarisan terdepan, akhwat pentolan. Anda jadi incaran. Jika ada seorang akhwat yang menawarkan ikhwan mencari istri, hati-hati !
Saat ini sedang beroperasi komplotan sadis yang ingin memporak-porandakan barisan dakwah akhwat pejuang Syariah &Khilafah.

Modus: Komplotan ini membuat akun-akun Fb super ideologis & militan. Antar akun saling menguatkan image keideologisannya. Akunnya bermacam-macam (nama ikhwan & nama akhwat) & penampaknnya sangat natural. Dinding akunnya khas dan ideologis melebihi ikhwan dan akhwat yang sebenarnya. Misalnya, identitasnya 03 Maret 1924, Khilafah, Penentang sistem Kapitalis, foto-foto2 profilnyapun super ideologis. Salah satu dari mereka, biasanya akun akhwat menawarkan bahwa ada 1 atau lebih kakak laki-laki atau keluarganya yang sudah mapan dan siap menikah.& ikhwan yg ditawarkan tersebut sangat militan,garda terdepan,tsaqofahnya mantap.
Ini bisa dilihat dari akunnya,dindingnya, infonya, gayanya berinteraksi, gaya ngomongnya, apa yang disampaikan & isi smsnya. Ini dialami langsung oleh akhwat2 yang jadi korbanya. Interaksi awal terlihat sangat sempurna.Si akhwat pun terkesima dan terpengaruh oleh kharismanya, mungkin juga jatuh cinta.Tapi jika diperhatikan secara jeli interaksinya ada keanehan & kejanggalan.Tapi dia tetap mengedepankan keideologisannya. Karena terikat perasaan tidak mudah bagi akhwat hidup secara normal dengan dakwah sucinya. Si laki-laki ini sering mengcall dan sms korbannya. Yaitu akhwat yang menjadi KETUA KORDINASI DAKWAH. Untuk skedar ngalor ngidul ta'arufan. Tapi bukan untuk MENIKAHI. Ya, BUKAN untuk MENIKAHI,tapi merusak perasaan,pemikiran,konsentrasi & perhatian.
Ya, saudariku tercinta.. Mereka mengincar perjuanganmu, dakwah sucimu, agar hancur porak poranda. Jalur-jalur tidak intelek inipun mereka tempuh untuk mengembosi dakwah, setelah kalah diperang pemikiran.

Perhatian untuk akhwat-akhwat yang melanglang buana di dunia maya berhati dan waspadalah kepada setiap orang interaksi yang belum anda kenal secara benar. Jika ada ajakan ta’arufan lewat media maya seperti FB jangan mau. Jikalau memang anda-anda sekalian siap untuk menikah ta’aruflah dengan cara yang baik dan benar di dunia nyata bukan di dunia maya difb. modus ini saya dengar beebrapa tahun yang lalu juga pernah terjadi, dan tahun ini terjadi kembali.

Jika ada ikhwan yang ngajak ta'aruf maka carilah informasi dan pastikan laki-laki it memang ada, bukan tokoh fiktif. Bisa dicari melalui orang ... Lihat Selengkapnya ketiga yg bisa dipercaya. Jangan percaya sampai batang hidungnya nongol didepan anda.

Waspadalah...!
Korbannya telah berjatuhan diberbagai kota, antarala lain : Bogor, Malang, Makasar, Jambi, Bandung dan Kalimantan. Jangan sampai ada korban yg berjatuhan lagi cukup sampai disini...

Saudariku.. Waspadalah musuh islam tidak pernah diam. Dengan berbagai cara mereka menyusup untuk melemahkan barisan dakwah. Dan berhati-hatilah dengan modus operandi lainnya yg lebih halus dan licik. Dan jangan terlena dgn musuh didunia maya. Karna musuh islam yg di dunia nyata juga banyak.

NB: Akun yg mereka gunakan: Mujahidah Mudah dan Tangguh, Panglima Perang (Fadlan Khairul Umam), Aamir Dzaki, Buronan Mertua, dan Pembangkang Sekular..

Catatan ini merupakan teriakan hati para akhwat yg telah menjadi korbannya. Hai musuh Allah kita akan bertemu &berhadapan di Mahkamah Allah. Dan catatan ini saya post sebagai tanda kepedulian terhadap saudari-saudariku..


~berkali2 sejak AWAL jgn pernh percaya apa kata MAKHLUK DUNIA MAYA dalam HAL SANJUNGAN dan TAWARAN untuk nikah. kecuali sudah sgt jelas "ASAL USUL"nya.LURUSKAN NIAT bhwa FESBUK hanya untuk DAKWAH dan berBAGI UKHUWAH pd teman2. MAKA TERUSLAH WASPADA  ~

Selasa, 31 Agustus 2010

SIKAP HIDUP SEORANG MUSLIMAH (KOMITMENNYA TERHADAP NILAI-NILAI ISLAM)

Oleh : Nafiisah M. Ridlwan

Sikap hidup seseorang sangat ditentukan oleh cara pandang mendasar yang dimilikinya tentang kehidupan. Sebagai seorang muslimah, yang telah meyakini aqidah Islam, sudah seharusnya ia senantiasa memiliki kesadaran penuh bahwa keberadaan dan eksistensi dirinya, alam semesta yang ditempatinya serta kehidupan yang dijalaninya di dunia ini bukan terjadi dan berjalan dengan sendirinya. Semua itu adalah ciptaan Allah SWT. Dia-lah sebagai "Subyek Pengendali" segala sesuatu yang berlangsung di alam semesta ini.

Dengan demikian seorang muslimah akan senantiasa menyadari bahwa posisinya di dunia ini adalah sebagai seorang hamba yang tunduk pada aturan Allah SWT sebagai Khaliqnya. Selanjutnya ia pun meyakini bahwa hanya Allah SWT yang harus ditaati dan disembah, dan hanya keridloan-Nya lah yang harus digapai dalam kehidupan ini.

Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat yang menjadi ikrar setiap muslim (maupun muslimah) yang dibacakan dalam setiap sholatnya : "Tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah". Muhammad ismail dalam kitabnya "Al Fikrul Al Islamy" menjelaskan bahwa arti Laaillaha illallah baik secara lughowi maupun syar’I adalah Laa ma’budda illallah (Tidak ada yang disembah kecuali allah). Artinya, seorang muslim/muslimah) yang telah mengikrarkan kalimat syahadat di atas harus mewajibkan dirinya untuk melakukan ibadah hanya kepada Allah semata, tidak kepada yang lain. Cara pandang khas ini merupakan cara pandang yang dilandasi oleh aqidah islamiyah. Demikian juga, seluruh pemikiran-pemikiran cabang yang ada saat ini pun harus dibangun di atas landasan aqidah Islamiyah.

Aqidah Islam Sebagai Pijakan Berfikir dan Bertindak

Ketika seorang muslimah mengambil Islam sebagai Aqidahnya maka sudah seharusnya ia senantiasa menjadikan Aqidah Islamiyah sebagai standar kehidupannya. Ia pun harus memahami bahwa karakter aqidah islam adalah aqidah ruhiyah dan aqidah siyasiyah. Sehingga ia senantiasa menjadikan aqidah Islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak.

Tak satu pun pemikiran-pemikiran yang ia lahirkan kecuali berangkat dan berstandar hanya pada aqidah Islamiyah. Demikian juga ketika bertindak atau bersikap maka tak satu pun tindakan atau pun sikap yang ia tunjukkan kecuali berstandar pada hukum syara’ yang terpancar dari aaqidah islamiyah tersebut.

Seorang muslimah tidak akan merasakan dirinya hidup kecuali di atas pijakan Aqidah islamiyah. Bahkan sulit baginya untuk melepaskan diri dari ikatan Aqidah Islamiyah. Dengan demikian ketika nilai-nilai asing datang dan berusaha menyusup ke alam kehidupannya maka ia tiada ragu dan sungkan untuk menolaknya bahkan semaksimal mungkin berusaha mengikis "virus" tersebut dari kehidupannya.
Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya untuk mengambil atau mengakomodasi nilai-nilai asing termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai demokrasi. Karena ia menyadari bahwa nilai-nilai tersebut adalah racun yang membahayakan bagi diri dan umatnya. Ia menyadari bahwa jika mengambil apalagi meminum racun tersebut sama saja dengan melakukan upaya bunuh diri.

Seorang muslimah tak pernah sedikitpun tergiur oleh bujuk rayu pemikiran-pemikiran asing yang bermaksud menyeretnya. Ia tak pernah bergeming sedikit pun oleh bujukan materi ataupun manfaat yang disuguhkan dihadapannya. Untuk meneguk setetes pun, tak kuasa ia melakukannya. Karena ia sadar bahwa semua itu hanyalah tipu daya yang akan membawa dirinya pada jurang kesengsaraan dan kesesatan. Sehingga ia semakin berusaha untuk memperkuat aqidahnya. Ia pun tak melupakan apa yang telah menjadi firman Allah SWT dalam Al Baqarah : 256 : ""... Sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dan jalan yang salah. kArena itu barangsiapa yang ingkar pada thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…"

Dalam kondisi apapun seorang muslimah yang menjadikan aqidah Islam sebagai pegangan hidupnya akan tetap pada pendirian untuk mengambil hanya satu standar nilai dalam hidupnya. Sekalipun ia harus mengorbankan harta, jiwa dan raganya ia akan tetap memilih jalan hidup yang hakiki. Baginya hidup yang hakiki bukan untuk memperoleh materi ataupun manfaat, akan tetapi hidup yang hakiki adalah meraih kemuliaan di sisi Al kaliqnya. Ia pun sadar bahwa satu-satunya jalan untuk meraih kemuliaan hanyalah dengan menjadikan Aqidah islamiyah sebagai standar baku dalam kehidupannya.
Pada saat seorang muslimah menjadikan aqidah islamiyah sebagai pijakan berfikir dan bertindak itulah dikatakan ia telah menemukan jatidirinya, sebagai sosok pribadi muslim. Yakni sosok kepribadian yang khas, yang murni dan istimewa, tidak tercampur sedikit pun oleh nilai-nilai asing.

Begitulah seharusnya seorang muslimah. Ia senantiasa memegang idealisme Islam dengan kuat. Ia pun optimis bahwa idealisme Islam yang mampu memecahkan seluruh problematika kehidupan m,anusia.

Acuh Tak Acuh bukan Tabiatnya

Bukan tabiat seorang muslimah hidup dengan konsep individualisme. Sebaliknya ia senantiasa menempatkan dirinya menjadi bagian dari umat islam yang lain. Karenanya ia tak lupa dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW : "Kamu akan melihat orang-orang yang beriman saling berkasih sayang, saling mencintai, saling mengasihi yaitu bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota saja sakit, maka tertariklah bagian anggota yang lain ikut sakit dengan tidak dapat tidur dan badan panas" (HR. Bukhari Muslim). "Barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka. Dan barangsiapa yang tidak berada di waktu pagi dan petang selaku pemberi nasehat bagi Allah dan rasulNya, bagi kitabNya, bagi pemimpinnya dan bagi umumnya kaum muslimin, maka ia bukanlah termasuk di antara mereka." (HR Ath. Thabrany)

Oleh karena itu seorang muslimah tak akan pernah tinggal diam ketika melihat nilai-nilai asing yang membahayakan bagi saudara-saudaranya (umat Islam yang lain). Ia tak bisa berdiam diri melihat fakta yang demikian. Ia akan senantiasa berusaha menyadarkan umat islam untuk senantiasa waspada terhadap nilai-nilai asing yang membahayakan bagi kehidupan mereka.

Ia bagaikan pembawa pelita penerang jalan, pembawa penjelas antara yang haq dan yang bathil, sebab ia adalah generasi penerus penyampai risalah Rasulullah SAW. Ia menjadi penuntun orang-orang yang meminta petunjuk ke arah jalan kebenaran. Dirinya sarat dengan bejana-bejana ilmu dan aqalnya ibarat khazanah-khazanah hikmah. Ia tak akan pernah merelakan masyarakat (umat Islam) dijauhkan dari nilai-nilai Islam. Ia pu tak rela masyarakat berada di bawah pengaruh orang-orang tak berilmu yang dengan mudah memberikan fatwa untuk menerima kebathilan. Dengan demikian keberadaan dirinya senantiasa dibutuhkan umat Islam.

Untuk menjadi muslimah yang demikian tentulah sangat tidak cukup hanya menjadikan Aqidah Islamiyah sebatas ucapan lafadz-lafadz. Akan tetapi haruslah berusaha menjadikan aqidah tersebut sebagai standar baku bagi kehidupannya dan memahami konsekuensinya. Sehingga ia pun memiliki kepedulian yang tinggi untuk memelihara nilai-nilai Islam yang ada dalam dirinya dan nilai-nilai Islam yang ada dalam diri umat Islam pada umumnya.

Nilai-nilai asing yang membahayakan dirinya ia pahami membahayakan pula bagi uamatnya. Demikian pula nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya ia pahami pula membahayakan bagi dirinya. Hingga ia pun senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi untuk memelihara diri dan umatnya dari kontaminasi racun-racun dunia. Ia pun dengan lantang akan mengatakan racun adalah racun, madu adalah madu. Kebenaran adalah kebenaran, kebathilan adalah kebathilan. Tak pernah ia membungkus kebathilan dengan sesuatu agar tampak baik dihadapan umat Islam. Bahkan tanpa segan membongkar keburukan nilai-nilai asing yang membahayakan umatnya dengan sejelas-jelasnya, untuk kemudian menunjukkan al haq yang sesungguhnya, tanpa ragu dan bimbang. Demikianlah seharusnya seorang muslimah bersikap peduli terhadap umat Islam. Kepeduliannya terhadap umat islam adalah kepeduliannya terhadap islam sebagai dien yang dianutnya.

Perjuangan Hakiki Muslimah Bersama Umat

Ketika kaum muslimin telah menyadari akan esensi aqidah Islam yang dipeluknya, maka muslimah bersama ummat bersatu dalam barisan perjuangan yang hakiki. Yakni perjuangan yang berada di bawah panji aqidah LAA ILLAAHA ILLALLAH MUHAMMADAR RASULULLAH. Dengan kata lain perjuangan yang berperspektif Islam.

Dalam perjuangan ini, kaum muslimin (termasuk muslimah) berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai Islam yang hakiki. Nilai-nilai Islam yang murni tanpa adanya noda-noda asing yang akan mencemari nilai Islam. Nilai ini tentu saja bukan nilai yang absurd, akan tetapi merupakan nilai yang pasti akan membawa kaum muslimin sampai pada suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan tuntunan ilahi. Dalam perjuangannya tak pernah ada kata sepakat dengan nilai-nilai asing. Dengan kata lain tidak ada kata kompromi ataupun akomodasi dengan nilai-nilai yang datang dari luar Islam, sekalipun nilai asing tersebut nampak baik luarnya. Sebab ukuran kebaikan tidak bisa dilihat dari luarnya, akan tetapi hanya dapat dilihat dari ideologi yang mendasarinya.

Oleh karena itu, bukan sesuatu yang tidak mungkin, jika kaum muslimin selalu bercita-cita mewujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupannya. Bukan pula hal yang mustahil untuk menolak setiap bentuk nilai-nilai asing yang bertentangan dengan nilai Islam.
Akhirnya hanya kembali kepada aqidah Islamiyah, kaum muslimin dapat mencapai kemuliaan yang hakiki.

PUSTAKA :
  1. Muhammad Ismail. Al Fikrul Al Islamy. 1953
  2. Taqiyyuddin An Nabhany. Syakhshiyyatul Islamiyah. Darul Ummah
  3. Taqiyyuddin An Nabhany. Attakatul Hizby. 1953
  4. Drs. H. Moh. Rifa’i. Tiga Ratus Hadits bekal Da’wah dan pembina Pribadi Muslim. 1980. Wicaksana. Bandung
  5. Abu Laily dan Drs. H. Zahri Hamid. Al Hadits. 1983. Kota Kembang Yogyakarta.

MEMBANGUN PRIBADI PANTANG MENYERAH

“Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Allah telah menciptakan alam dan isinya berpasang-pasangan, sehingga melahirkan hukum tarik menarik antara satu dengan yang lainnya. Artinya kondisi alam ini akan selalu dinamis sesuai dengan kehendak-Nya. Begitu juga halnya dengan kehidupan manusia, akan mengalami rotasi (perputaran) antara di bawah–di atas; sukses-tidak sukses; bahagia-susah, dll. Begitu juga dengan iman kita. Iman bisa datang dan pergi, naik dan turun.

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Sesungguhnya jiwa manusia itu mempunyai saat dimana ia ingin beribadah dan ada saat dimana enggan beribadah.” Diantara dua keadaan itulah manusia menjalani kehidupan ini. Dan diantara dua keadaan itu pula nasib manusia ditentukan.

Dalam arti lain, semakin seseorang berada dalam iman yang rendah, maka besar kemungkinan dalam kondisi ini akan mengakhiri hidupnya. Demikian sebaliknya, jika seseorang semakin sering berada pada kondisi iman yang tinggi, maka semakin besar peluangnya memperoleh akhir kehidupan yang baik. Pertanyaannya, bagaimana cara mewujudkan kondisi pribadi yang berujung kebaikan, pribadi yang pantang menyerah tersebut?

Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah tidak lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Ia yakin betul bahwa sekenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.

Pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, tidak lain adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, medapat rezeki, dll. Sebaliknya, jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, entah itu berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bala bencana, dll., maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah. Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap kejadian tersebut.

Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata dilihat secara fisik. Tetapi lebih-lebih dan yang lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat.

Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan untuk sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal. Dalam hal ini, ada hadist Nabi yang menyebutkan bahwa: “Orang mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik dari mukmin yang lemah.” Jadi, manusia tangguh dam kuat itu, sudah seharusnya menjadi cita-cita kita dalam rangka mengabdi kepada Allah.
Dalam konteks ini, dapat disebutkan bahwa kesuksesan menurut pandangan Alquran itu memiliki dua syarat pokok. Yakni iman dan ilmu (QS. 58: 11). Kedua hal ini, kalau kita kaji secara rinci, jelas-jelas memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia.

Dengan kuatnya iman seseorang, maka ia akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia. Menurut M. Ridwan IR Lubis (1985), ada tiga pengaruh iman tersebut, yaitu berupa: kekuatan berpikir (quwatul idraak), kekuatan fisik (quwatul jismi), dan kekuatan ruh (quwatur ruuh).
Sedangkan menurut M. Yunan Nasution (1976), mengungkapkan pengaruh iman terhadap kehidupan manusia itu berupa: iman akan melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda; menanamkan semangat berani menghadapi maut; membentuk ketentraman jiwa; dan membentuk kehidupan yang baik.

Untuk mencapai dampak dari kekuatan iman itu, kuncinya terletak pada pribadi kita masing-masing. Dan kalau kita cermati, sebenarnya pembentukan sifat pribadi pantang menyerah dan tangguh ini adalah berawal dari sifat optimisme yang menyelimuti pola pikir orang tersebut.
Menyikapi keadaan seperti saat ini, kita seharusnya tidak menjadi pesimis dan berserah diri. Kita harus optimis dan selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik dalam hidup ini. Sehingga untuk menjadikan pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, maka dalam diri kita harus tertanam sikap optimis, berpikir positif, dan percaya diri.

Setiap manusia harus memiliki optimisme dalam menjalani kehidupan ini. Dengan sikap optimis, langkah kita akan tegar menghadapi setiap cobaan dan menatap masa depan penuh dengan keyakinan terhadap Sang Pencipta. Karena garis kehidupan setiap manusia sudah ditentukan-Nya. Tugas kita adalah hanya berusaha, berpikir dan berdoa agar sesuai dengan ridho-Nya.

Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita juga harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri. Berpikir positif kepada siapa? Pertama, berpikir positif kepada Allah. Setiap kejadian, peristiwa dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Tugas kita, hanya berpikir dan membaca. Ada apa dibalik semua itu? Lalu, kita mengambil pelajaran dari kejadian itu dan selanjutnya mengamalkan yang baiknya dalam perilaku keseharian.

Kedua, berpikir positif terhadap diri sendiri. Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena bagaimanapun wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain. Tapi, yang jelas ada saja perbedaan antara keduanya.

Sifat dan pribadi unik itu, harus kita jaga. Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita menuju ridho-Nya. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau diri kita sendiri meremehkan dan tidak ‘mengangkatnya’.
Selain itu, kita juga harus yakin bahwa kita dilahirkan ke dunia ini sebagai sang juara, the best. Fakta membuktikan, dari berjuta-juta sel sperma yang disemprotkan Bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus dinding telur Ibu kita dan dibuahi, hanya satu. Itulah kita, ‘sang juara’. Hal ini, kalau kita sadari akan menjadi sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani hidup ini.
Ketiga, berpikir positif pada orang lain. Orang lain itu, manusia biasa sama dengan kita. Dia mempunyai kesalahan dan kekhilafan. Yang tentu hati nuraninya tidak menghendakinya. Pandanglah, orang lain itu dari sisi positifnya saja dan menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita.

Belajarlah dari seekor burung Garuda. Ia mengajarkan anaknya untuk terbang dari tempat yang tinggi dan menjatuhkannya. Lalu jatuh, diangkat lagi dan seterusnya sampai ia bisa terbang sendiri. Hati Garuda juga bersih, tidak mendendam. Ia kalau waktunya bermain ‘cakar-cakaran’. Tapi, kalau diluar itu ia akur, damai kembali.

Keempat, berpikir positif pada waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama, dimana pun dia berada. Sebanyak 24 jam sehari atau 86.400 detik sehari. Waktu itu, ingin kita apakan? Kita gunakan untuk tidur seharian, kerja keras, mengeluh, berdemontrasi, bergunjing, santai, menuntut ilmu, menolong orang lain, melamun, ibadah, dan lainnya. Waktu itu tidak akan protes.

Yang jelas, setiap detik hidup kita akan diminta pertanggung jawabannya kelak, di hadapan Allah SWT. Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal-amalan saleh dan berada dalam keimanan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Allah berfirman, yang artinya: “Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).

Untuk memaksimalkan sikap positif pada diri seseorang, lebih-lebih sebagai pembentuk pribadi yang pantang menyerah, tangguh, ‘tahan banting’, sabar dan istiqomah pada jalan-Nya. Tentu perlu dibagun pula dengan kebiasaan positif.

Semoga tulisan ini menjadi bahan penilaian terhadap diri kita sendiri, terutama kaitannya dengan keinginan pembentukan pribadi yang pantang menyerah. Dan kita berdoa, semoga Allah memberi kemampuan terhadap kita untuk membangun pribadi yang tangguh dan pantang menyerah sesuai tuntutan-Nya. Amin

Dakwah adalah Cinta


Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yang diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik?
Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak! Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani, justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana.

Pun mereka pergi, akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka.
Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.
Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar.

Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman.

Karena itu kamu tahu. Pejuang yang heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yang takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk, sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang. “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta.
Mengajak kita untuk terus berlari.

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satu harus mengalah.